Saturday, May 6, 2017

Defying World Chapter 40

Chapter 40

Menjajaki Lantai 2 Candi


Menyadari ada sesuatu di belakangnya, Kembang Laras berbalik dan waspada terhadap segala sesuatu di sekitarnya, tapi ketika berbalik dia hanya melihat sebuah cahaya hijau bersinar terang di depanya.

Cahaya hijau itu berbentuk bola dan di dalam bola ada sesuatu, cahaya bola itu melayang ke depan Kembang Laras, setelah tiba di depan Kembang Laras bola cahaya hijau itu menghilang dan ada benda terjatuh dari bola cahaya hijau.

Melihat ada benda terjatuh di depanya, Kembang Laras yang sebelumnya waspada segera menangkap benda dengan tanganya.

Setelah menangkap benda yang terjatuh dari bola cahaya hijau, Kembang Laras mengamati benda itu untuk beberapa saat, benda itu berbentuk batu dan ukuranya sekitar satu kepalan tangan orang biasa.

Setelah beberapa saat mengamati batu di tanganya, dia akhirnya menyadari bahwa itu adalah sebuah batu jiwa, tapi batu jiwa itu bukanlah batu jiwa kelas rendah yang biasanya dia gunakan, batu jiwa itu adalah batu jiwa kelas tinggi dan ukurannya lebih besar dari batu jiwa kelas rendah yang biasa dia gunakan, bisa dikatakan batu jiwa di tanganya setidaknya 15 kali lebih besar dari batu jiwa kelas rendah yang biasa dia gunakan.

Perlu diketahui bahwa satu batu jiwa kelas rendah adalah berharga 1000 keping emas dan satu batu jiwa kelas tinggi harganya 100.000 keping emas, jika batu jiwa yang berada di tangan Kembang Laras adalah 15 kali dari ukuran batu jiwa biasa maka batu jiwa di tangan Kembang Laras adalah seharga satu setengah juta keping emas, itu berarti batu jiwa yang berada di tangan Kembang Laras lebih berharga dari inti binatang setan Alam Guru Besar yang harganya hanya sekitar satu juta dua ratus lima puluh ribu keping emas.



Melihat batu jiwa di tangannya, Kembang Laras tersenyum lebar, panen yang dia dapat sangatlah sebanding dengan hadiah yang dia dapat, tapi setelah beberapa saat terdengar suara pintu batu terbuka,

“Krreeeerk..”, suara itu datang dari bagian dalam ruang candi, dan suara itu berasal dari pintu yang terbuka.

Setelah pintu batu terbuka, terlihat tangga yang menuju ke lantai berikutnya, melihat ini, Kembang Laras kembali memasang wajah serius, dia menempatkan batu jiwa kelas tinggi ke dalam gelang penyimpanannya dan berjalan menuju arah tangga untuk melanjutkan pertarungan di lantai 2 candi.

Sementara Kembang Laras yang sedang menyusuri tangga ke lantai 2 candi, senior Apok yang berada di luar memandang candi sambil tersenyum, dari luar candi terlihat bahwa lampu yang menerangi lantai pertama telah padam dan lampu lantai kedua candi telah menyala.

Itu berarti Kembang Laras sudah memenangkan pertempuran pada lantai pertama, perlu diketahui dari sekian banyak orang yang pernah memasuki lantai pertama candi, hanya 40% yang berhasil melanjutkan ke lantai kedua candi, maka bisa diambil kesimpulan bahwa memang musuh yang berada di lantai pertama candi sangat kuat bagi pendekar bela diri umum.

Sementara senior Apok yang masih tersenyum melihat ke arah candi, dia teringat dan melirik kearah Zen Kagendra yang masih berkultivasi untuk menerobos ke Alam Panglima.

Dia tertegun sedikit melihat sejumlah energi secara besar - besaran tersedot ke dalam tubuh Zen Kagendra, tapi yang membuatnya lebih tertegun adalah sejumlah energi yang tersedot ke dalam tubuh Zen Kagendra berubah menjadi energi berwarna emas dan menyelimuti tubuh Zen Kagendra.

Energi emas yang menyelimuti tubuh Zen Kagendra sangat kental dan padat, itu berarti bahwa energi yang terserap ke dalam tubuh Zen Kagendra sudah mengental dan membangun dasar yang sangat padat, tapi ketika melihat ini senior Apok pelan bergumam, “Kenapa dia masih belum menerobos?”

Dalam pandangan senior Apok, energi kental yang menyelimuti Zen Kagendra sudah lebih dari cukup untuk menerobos ke tingkat atau alam berikutnya, tapi Zen Kagendra tidak menggunakan energi itu untuk segera menghantam batas ke Alam Berikutnya, tentunya itu membuat senior Apok bertanya – tanya, senior Apok kembali bergumam,

“Apa yang coba dia lakukan?”

Meski senior Apok penasaran dengan apa yang dilakukan oleh Zen kagendra, senior Apok tidak ingin untuk menganggu Zen Kagendra yang bersiap untuk menerobos ke Alam Panglima.

Perlu diketahui, ketika ada gangguan yang terjadi pada pendekar yang bersiap untuk menerobos ke tingkat yang lebih tinggi, kemungkinan paling parah adalah pendekar beladiri itu hanya akan kehilangan akumulasi energi yang dia kumpulkan untuk menerobos.

Tapi untuk pendekar beladiri yang bersiap untuk menerobos ke alam berikutnya, jika sampai dia terganggu maka pendekar itu tidak hanya kehilangan akumulasi energi yang dia persiapkan untuk menerobos, tapi kemungkinan terparah adalahpendekar beladiri itu akan mengalami kerusakan meridian bahkan lumpuh.

Dengan beberapa hal tersebut, senior Apok tidak lagi memperdulikan Zen Kagendra dan dia kembali menatap serius ke arah lantai kedua candi.



Kembang Laras yang sudah menyusuri tangga sebelumnya akhirnya tiba di lantai kedua candi,

“tap.. tap.. tap.. tap.. ”, suara langkah kaki Kembang Laras menggema di lantai kedua candi.

Kembang Laras yang telah tiba di lantai kedua candi masih memegang pisau panjang ditangan kanannya, dia mengamati daerah lantai kedua candi dengan serius, tapi tiba – tiba empat sosok bayangan muncul di hadapanya.

Kembang Laras mengamati empat sosok bayangan di depanya dengan serius, empat sosok bayangan itu berbaju besi dan membawa dua kapak di setiap tanga mereka, yang lebih penting empat sosok bayangan yang ada di depanya semuanya berada pada Alam Prajurit tingkat 6, satu tingkat lebih tinggi dari tingkat kultivasinya.

Apalagi dilihat dari jenis senjatanya, terlihat jelas bahwa ke empat sosok bayangan di depan Kembang Laras merupakan tipe petarung brutal yang menyerang lawan dengan membabi buta.

Melihat ini kembang Laras mengerutkan kening, dia segera mengerti bahwa musuh pada lantai kedua candi lebih kuat daripada musuh di lantai pertama candi.

Kembang Laras yang sedikit tertekan bergumam pelan, “Dunia memang kejam, untuk mendapatkan setiap panen yang layak, setiap orang harus berusaha keras”



Kembang Laras sedikit ragu-ragu untuk melakukan serangan, dia mempertimbangkan untuk langsung menyerang atau mencoba untuk mengulur waktu, tapi setelah beberapa saat dia akhirnya mengambil kesimpulan, meskipun mengulur waktu, itu hanya akan membuang - buang energinya dan tidak menjamin memenangkan pertempuran di lantai kedua candi ini.

Setelah beberapa saat mempertimbangkan situasi, akhirnya dia mengambil keputusan, Kemang Laras menggenggam erat pisau panjang ditangan kanannya dan langsung menyerang ke arah empat bayangan,

“Gelombang Gugur Daun”, gema suara Kembang Laras di ruang lantai kedua candi.

Langsung menggunakan keterampilan pisau Gelombang Gugur Daun, Kembang Laras meluncur dengan cepat ke depan empat sosok bayangan di depanya.

Melihat lawan di depannya sudah menyerang ke arah mereka, empat bayangan yang saat ini berbaris berdampingan segera mengambil gerakan dan maju kedepan sambil menebaskan kapak mereka ke arah tubuh kembang Laras. 






Share:

0 komentar:

Post a Comment