Saturday, May 6, 2017

Defying World Chapter 41

Chapter 41

Terobosan Alam Panglima



Melihat lawan di depannya sudah menyerang ke arah mereka, empat bayangan yang saat ini berbaris berdampingan segera mengambil gerakan dan maju kedepan sambil menebaskan kapak mereka ke arah tubuh kembang Laras.

“Diinng..”

“Diinng..”

Bentrokan antara pisau panjang dan kapak, terdengar menggema di lantai kedua candi.

Kemabang Laras menerima dampak dari serangan 4 sosok bayangan, mundur beberapa langkah ke belakang, tangannya bergetar karena efek dari serangan kapak yang melebihi serangan pisau.

Sebelum Kembang Laras bisa menstabilkan tubuhnya, tiba – tiba sebuah kapak terbang ke arahnya dari depan, melihat sebuah kapak dilempar ke arahnya Kembang Laras reflek dan menggunakan pisaunya untuk menangkis kapak,

“Diinng..”, terdengar lagi suara bentrokan senjata

Kembang Laras yang mencoba menangis kapak, terpental ke belakang, tapi serangan dari bayangan belum selesai.

Saat tubuh Kembang Laras masih terbang di udara akibat serangan lemparan kapak, salah satu bayangan sudah tiba di belakangnya dan menyapukan kapak besar ke punggungnya.

“Ppuuuff...”

Terdengar suara kapak mengiris daging, tubuh kembang Laras yang terkena dampak serangan kapak terpental kembali ke arah sebaliknya.

“Buk..”

Kembang Laras jatuh berguling di lantai, dia meludahkan seteguk darah dari mulutnya dan meraskan di punggungnya ada luka robekan besar, saat berikutnya tubuhnya bersinar dan memudar secara perlahan, Kembang Laras sudah kehilangan kesadaran.



Sementara itu di luar candi, senior Apok melihat bola cahaya terbang keluar dari candi, dia lagi mengerutkan kening dan menangkap bola cahaya itu.



Bola cahaya itu memudar dan ternyata di balik bola cahaya ada seorang perempuan yang tidak sadarkan diri ditangkap oleh senior Apok, perempuan itu adalah Kembang Laras, dia tidak sadarkan diri dan terlempar keluar dari candi, dan itu berarti dia telah gagal memenangkan pertempuran di lantai kedua candi.

Melihat ini senior Apok hanya tersenyum pahit, karena dia telah berada disini berpuluh – puluh tahun menjaga candi, tentu saja dia mengetahui bahwa semua jenius yang telah memenangkan pretempuran di lantai pertama candi, tidak pernah memenangkan pertempuran di lantai kedua candi.

Senior Apok membaringkan tubuh Kembang Laras di tanah, setelah menunggu beberapa saat akhirnya Kembang Laras terbangun dari pingsanya dan perlahan membuka matanya.

Setelah terbangun, Kembang Laras melihat daerah sekelilingnya, dia melihat senior Apok yang berada di sampingnya dan Zen Kagendra yang masih berkultivasi agak jauh darinya.

Setelah beberapa saat dia akhirnya teringat bahwa dia telah gagal di lantai kedua candi dan sekarang terlempar keluar, dia memadang wajah senior Apok dengan wajah sedih.

Menyadari Kembang Laras memandang ke arahnya sedih, senior Apok sedikit tersenyum dan berbicara pelan kepada Kembang Laras,

“Tidak apa – apa, pertempuran di dalam candi memang sulit, sampai dengan sekarang tidak ada yang pernah memenangkan pertempuran di lantai kedua candi.”

Mendengar perkataan senior Apok, Kembang Laras merasa lebih baik, awalnya dia berpikir bahwa dia terlalu lemah dan hanya bisa memenangkan lantai pertama candi.

Melihat ekspresi Kembang Laras sudah lebih baik, senior Apok melanjutkan berbicara, “Sekarang pulihkan dulu kondisimu, setelah itu mari kita lanjutkan berbicara”

Kembang Laras yang mendengar ini mengangguk dan langsung duduk bermeditasi untuk mengembalikan kondisinya.

Setelah beberapa saat Kembang Laras yang bermeditasi sudah hampir sepenuhnya memulihkan kondisinya, tiba – tiba terdengar suara dentuman keras,

“Duumm...”

“Duumm...”

“Duumm...”

Kembang Laras membuka matanya dan menoleh ke asal suara, asal suara tersebut dari Zen Kagendra yang sedang bermeditasi.

Senior Apok dan Kembang Laras tertegun melihat ada energi emas berbentuk naga emas menyelimuti tubuh Zen Kagendra yang sedang bermeditasi.

Sementara senior Apok dan Kembang Laras yang semakin tertegun melihat ke arah Zen Kagendra, Zen Kagendra terus berkultivasi mencoba untuk menerobos ke Alam Panglima, semua inti binatang setan yang ada didepannya sudah berubah menjadi abu-abu, itu berarti Zen Kagedra telah menyerap semua energi dari inti binatang setan.

“Duumm...”

“Duumm...”

Suara dentuman terus berlanjut, dan tiba – tiba berhenti berganti dengan suara dengungan,

“Ngiiiinnngg... Duum”, suara dengungan di akhiri oleh suara dentuman keras dan Zen Kagendra berhasil menerobos ke Alam Panglima tingkat 1.

Zen Kagendra yang sudah berhasil menerobos Alam Panglima tingkat 1 hanya tinggal mengkonsolidasikan energi dalam tubuhnya. Tapi setelah itu, saat mengkonsolidasikan energi di dalam tubuhnya, sebuah pecahan ingatan tiba – tiba muncul di otak Zen Kagendra.



Zen Kagendra yang menerima pecahan ingatan, langsung mengeram dan mengepalkan tanganya sambil terus mengkonsolidasikan energi pada tubuhnya, meski kesakitan dia tidak ingin sampai konsolidasi energinya terganggu, karena akibatnya akan menganggu alir energi di meridianya.

Setelah beberapa saat, Zen Kagendra akhirnya telah selesai mengkonsolidasikan energi tubuhnya dan perlahan membuka matanya.

Dia bergumam pelan, “Akhirnya berhasil menerobos Alam Panglima tingkat 1, dan tentang ingatan barusan, teknik mata Gindra sudah bisa di gunakan pada Alam Panglima tingkat 1, tapi itu hanya keterampilan passif untuk mengamati pergerakan musuh”

Dia berhenti sebentar lalu memejamkan matanya memeriksa ingatanya, setelah beberapa saat Zen Kagendra membuka matanya lagi dan bergumam, “Sedangkan untuk keterampilan serangan dari teknik mata Gindra, tubuh energi Kidrubiksa, pengendalian api Nandura, serangan pikiran atau ilusi Risaksana bisa di gunakan setelah mencapai Alam Guru, tapi untuk sekarang keterampilan pasif teknik mata Gindra, ku kira sudah cukup.”

Tapi tiba – tiba terdengar langkah kaki dan teriakan seorang wanita datang mendekati Zen Kagendra, “Tuan Zen, kau berhasil menerobos, aku yakin dengan kemampuanmu, kau bisa memenangkan pertempuran lantai ke 6 candi” 






Share:

0 komentar:

Post a Comment