Saturday, May 6, 2017

Defying World Chapter 38

Chapter 38

Hanya Masuk dan Bunuh



Tapi sebelum Zen Kagendra akan melakukan gerakan menjauh dari puting beliung energi, terdengar suara tawa dari puting beliung,

“Ha ha ha ha ha, wahai manusia terpilih, aku sudah lama menunggu kalian”

Tiba-tiba sesosok pria tua berjubah biru muncul dari dalam puting beliung energi, setelah pria tua itu muncul dari puting beliung energi, puting beliung energi yang sebelumnya akan menerbangkan Zen Kagendra dan Kembang Laras, seketika menghilang.

Pria tua itu bertubuh kurus tingginya sedikit lebih tinggi dari Zen Kagendra, kulitnya berwarna putih pucat, tapi anehnya seperti itu dia tidak berwujud karena tubuhnya sedikit transparan.

Pria tua itu berjalan ke arah Zen Kagendra dan Kembang Laras.

Melihat Pria tua yang tiba-tiba muncul dan berjalan ke arahnya, Zen kagendra mengerutkan kening dan segera mengambil pedangnya untuk waspada.

Melihat Zen Kagendra yang waspada terhadap dirinya, pria tua itu tersenyum lebar dan berbicara,

“Jangan takut nak, kalian orang yang terpilih”, pria tua itu berbicara santai.

Menanggapi perkataan pria tua di depanya, Zen Kagendra bertanya, “Terpilih, apanya?”

“Bukankah kau sudah melewati lima ilusi ku? Dan lagi sepertinya wanita itu membawa pisau keluargaku, jadi dia adalah anggota keluarga Kembang bukan?”, roh pak tua sedikit menjelaskan.

Zen Kagendra akhirnya mengerti bahwa candi di depan mereka adalah warisan keluarga Kembang, jadi ilusi sebelumnya adalah ujian untuk para pengambil warisan.

“Enm”, Zen Kagendra dan Kembang Laras mengangguk.

Kembang Laras lalu bertanya, “Kakek buyut, aku memang keluarga kembang aku kemari untuk mengambil warisan, jadi bagaimana mendapatkanya?”

“Ha ha ha ha, jangan panggil aku senior, meski aku penjaga warisan keluaga Kembang, aku hanya roh kontrak dari pendahulumu, panggil saja aku Senior Apok”, Senior Apok berbicara sambil tertawa.



“Baiklah, Senior Apok, aku kemari untuk mengambil warisan, jadi bagaimana mendapatkanya?”, Kembang Laras bertanya dengan antusias.



“Sederhana, hanya masuklah candi bunuh setiap musuh di dalam candi, dan dapatkan warisanmu sebagai hadiah di setiap lantai”, Senior Apok menjawab dengan santai.

“Apa? Aku masih harus bertarung?”, Kembang Laras berbicara sedikit kaget.

Mendengar tanggapan Kembang Laras, Senior Apok menjawab lagi, “Tentu saja, mana bisa tidak ada pertarungan”.

“Tapi...”, Kembang Laras berbicara dengan bingung sambil memandang wajah Zen Kagendra.

Melihat Kembang Laras memandang ke arahnya, Zen Kagendra tersenyum sedikit, “Sudahlah lakukan saja”, Zen Kagendra berhenti sebentar lalu menoleh ke arah Senior Apok dan bertanya, “Senior, apa tingkat musuh kami? Dan apa warisanya?”

Mendengar Zen Kagendra bertanya kepadanya, Senior Apok menjawab lagi dengan tersenyum,”Tentang itu, semuanya adalah rahasia, cukup masuklah dan menang dan kalian akan tahu, hehehe tapi jika kalian gagal kalian akan di tendang dari candi dan tidak akan memiliki kesempatan untuk mencoba lagi dan lagi ingatan kalian tentang gua akan otomatis terhapus”

Mendengar jawaban ini dia ragu sedikit, tapi saat berikutnya Zen Kagendra lanjut bertanya, “Senior aku bukanlah anggota keluarga Kembang, apa aku bisa memasuki candi?”

Senior Apok yang mendengar pertanyaan Zen Kagendra segera menjawab, “Bisa, tapi itu akan 20 kali lebih sulit dari biasanya”

Mendengar jawaban senior Apok Zen Kagendra mengerutkan kening ’20 kali lebih sulit? Sebenarnya itu memang cukup wajar karena aku bukan anggota keluarga Kembang’

“Tuan Zen bagaimana ini?”, Kembang Laras yang tidak yakin bertanya pada Zen Kagendra.

“Sederhana, masuklah terlebih dahulu dan aku akan mencoba menerobos Alam Panglima, maka kesempatanya akan lebih tinggi”, Zen Kagendra menjawab dengan tenang.

Mendengar jawaban Zen Kagendra, Kembang Laras sudah tidak membuang waktu, dia menatap senior Apok sebentar lalu berbicara, “Senior Apok, aku masuk”

“Ya, silahkan”, Senior Apok menjawab dengan tersenyum.

Setelah mendengar jawaban senior Apok, Kembang Laras langsung berjalan menuju pintu masuk candi, pintu masuk Candi tidak memiliki daun pintu melainkan hanya sebuah lubang yang terlihat seperti gua, sedang ukuranya sedikit besar, tingginya lebih kurang adalah 15 meter dengan lebar 9 sampai 10 meter.

Selangkah sebelum memasuki candi, Kembang Laras berbalik untuk memandang Zen Kagendra terlebih dahulu.

Zen Kagendra yang menyadari Kembang Laras berbalik memandangnya hanya menanggapi dengan ekspresi acuh.

Melihat Zen Kagendra tidak khwatir padanya, Kembang Laras merasakan sedikit jengkel pada hatinya, dalam kepalanya dia berpikir ‘dia benar-benar acuh’.

Setelah memandang Zen Kagendra, Kembang Laras berbalik dan melanjutkan berjalan ke dalam ruang candi.

Melihat Kembang Laras sudah memasuki ruang candi, Zen Kagendra tidak lagi membuang waktu, dia segera mengusap gelang penyimpanannya untuk mengeluarkan 50 inti binatang setan Alam Prajurit dan 5 inti binatang setan Alam Panglima yang kemarin dia bunuh.

Setelah mengeluarkan inti binatang setan dari gelang penyimpanan Zen Kagendra segera duduk bersila dan mengoperasikan Naga Api Emas untuk menyerap semua inti binatang setan di depanya, dengan cepat tubuh Zen Kagendra di selimuti oleh energi, dia sedang mempersiapkan terobosan ke Alam Panglima.

Zen Kagendra sudah berada di Alam Prajurit tingkat 10 untuk beberapa waktu, jadi dia sudah sangat siap untuk menerobos, tapi sebelumnya dia belum memiliki inti binatang setan Alam Panglima, maka dari itu dia tidak mempunyai kepastian untuk berhasil menerobos dari Alam Prajurit tingkat 10 ke Alam Pranglima tingkat 1.

Saat Zen Kagendra sudah duduk bersila di tanah mengoperasikan Naga Api Emas, senior Apok sedikit mencuri pandang melirik ke arah Zen Kagendra, dia sedikit terkejut melihat seorang pendekar yang hanya akan menerobos Alam Panglima membutuhkan 50 inti binatang setan Alam Prajurit dan beberapa inti binatang Alam Panglima.

Tingkat konsumsi ini bila dibandingkan dengan pendekar beladiri normal adalah berkali-kali lipat lebih tinggi atau bahkan pemborosan, tapi dia segera menenangkan dirinya karena mereka yang tiba di depan Candi pasti bukanlah pendekar beladiri biasa.



Mereka setidaknya harus pendekar beladiri jenius di antara tingkat yang samaa, tidak ingin mengganggu Zen Kagendra lagi, senior Apok melangkah menjauh dari Zen Kagendra dan berjalan mendekat ke arah candi.

Zen Kagendra yang duduk bersila sudah menyadari tatapan senior Apok sebelumnya, tapi sebelum dia akan menegurnya, Senior Apok sudah berjalan menjauh, maka dari itu dia tidak lagi merisaukan tentang senior Apok.

Zen Kagendra memalingkan pandangan ke arah candi, dia tersenyum kecil memikirkan Kembang Laras, tidak lama setelah itu, dia segera mengoperasikannya Naga Api Emas lagi dan melanjutkan menyerap seluruh inti binatang setan yang ada di depannya.

Tingkat penyerapan metode kultivasi Naga Api Emas sangat tinggi, dalam sekejap 50 inti binatang setan Alam Prajurit dan 5 inti binatang setan Alam Panglima yang sebelumnya berwarna – warni dalam sekejap warnanya terus memudar. 






Share:

0 komentar:

Post a Comment