Sunday, April 16, 2017

Defying World Chapter 8

Chapter 8

Perang Kecil


Matahari sudah bersinar, mata Arya Mayang bergerak – gerak dia perlahan mulai membuka matanya, saat dia terbangun dia melhat Zen Kagendra sudah tidak di sisinya. Dia keluar tenda dan melihat seorang anak laki – laki sedang duduk memejamkan matanya ada aura ke emasan di sekitar tubuhnya dan terlihat energi dunia sedang tersedot ke dalam tubuhnya.

Pria itu adalah Zen Kagendra, menyadari Arya Mayang sedang memperhatikanya Zen Kagendra mulai membuka matanya dan menghentikan pengoperasian Naga Api Emas, dia menoleh ke Arya Mayang dengan tersenyum.

“Kau sudah bangun? Mari kita berangkat jika kau sudah siap.”

Selesai mendengar Zen Kagendra berbicara Arya Mayang menunduk malu “Enm, aku akan bersiap sebentar dan membantumu merapikan tenda”

Setelah beberapa saat persiapan mereka semua merapikan tenda dan akhirnya melanjutkan perjelanan, setengah jam kemudian mereka melihat pohon apel yang sangat besar.

Zen Kagendra memperhatikan pohon apel besar di depanya dia cepat mengamati setiap buah yang tergantung pada setiap dahan Apel, setelah mengamati dia mengkomfirmasi bahwa dari ratusan buah apel yang berwarna merah hanya ada empat buah apel yang berwarna perak.

“Ini buah apelnya biarkan aku memanjat untuk memetik mereka”

Selesai berbicara Zen Kagendra dengan cepat memanjat seperti kera ke atas pohon apel dan memetik buah, setelah memetik empat buah apel perak dia segera turun dan mendarat di depan Arya Mayang.

“Apel perak sudah ada ditanganku, sekaran mari kita kembali”

Melihat Zen Kagendra tersenyum mendapatkan apel perak, Arya Mayang juga tersenyum para pengawal juga ikut senang untuk hasil perjalanan kali ini.

Segera mereka berbalik dan berjalan turun gunung, tapi hanya beberapa langkah mereka mendengar suara “Zi... Zi.. Zi. Zi..”

Mendengar suara Zen Kagendra dan lainya menoleh ke arah suara, terlihat ada puluhan monyet berbulu merah dengan beberapa bulu pirang di atas kepalanya dengan cepat bergelantungan menuju mereka.

“Kalian hati – hati itu monyet api senjata utamanya adalah tangan mereka yang sekuat besi, meski mereka hanya tahap puncak Alam Dasar tapi mereka selalu menyerang denga jumlah puluhan ekor, mereka yang di rumorkan menjaga buah Apel Perak”

Seorang pengawal berteriak dengan cemas

“Tuan Muda, Nona Arya tolong mundur biarkan kami yang mengurus mereka”

Seorang pengawal lainya yang khawatir memberi isyarat untuk Zen Kagendra dan Arya Mayanng

Mereka berdua cepat melangkah ke belakang rombongan, mereka melihat perang kecil antara puluhan monyet dengan dua puluh pengawal mereka.

Tapi ketika Zen Kagendra mengamati perang kecil dia mendeteksi ada binatang lain yang mengarah ke arah mereka.

“Boom Boom”

Ada dua monyet besar dengan tinggi 3 sampai 4 meter melompat ke arah mereka. Melihat itu Zen Kagendra segera reflek dan menarik lengan Arya Mayang untuk menghindar ‘ini sulit, dua monyet besar ini kemungkinan ada pemimpin suku mereka sepertinya satu betina dan jantan, jika aku melawanya di sini itu hanya akan membagi perhatian para pengawal dan itu buruk untuk kami’ berfikir tentang ini Zen Kagendra menggeleng.

Sambil memegang lengan Arya mayang, Zen Kagendra menoleh ke arah para pengawal dan berteriak “Kalian jangan terpaku untuk hanya melawan para monyet, kalian hanyaperlu menunggu mereka lengah dan bertahan sambil terus bergerak menuruni gunung, kita akan berpisah di sini, aku akan menggiring pemimpinya”

Setelah berbicara Zen Kagendra menarik lengan Arya Mayang dan berlari menjauh dari para pengawal, dua monyet besar pun segera mengikuti dengan ekpresi wajah tidak ingin kehilangan mangsanya.

Setelah beberapa ratus meter dari lokasi para pengawal dia memandang Arya Mayang.

“Saudara Arya Mayang teruslah berlari ke depan, aku akan mengikutimu dari belakang tapi ingat pertahankan saja kecepatan ini agar tidak menguras energimu” setelah berbicara Zen Kagendra melepaskan lengan Arya Mayang dan memperlambat sedikit.

Mendengar kata – kata Zen Kagendra, Arya Mayang dengan cepat berlihari menuruni gunung, dia adalah pendekar Alam Dasar tingkat 8 mempertahankan berlari untuk dua sampai tiga jam bukanlah masalah untuknya tapi dia sedikit khawatir untuk Zen Kagendra.

“Ding”

“Ding”

“Ding”

Dia mendengar benturan senjata dan mencoba mengintip melihat Zen Kagendra di belakangnya, dia melihat Zen Kagendra melawan dua monyet besar dengan mempertahankan kecepatan berlari mengejarnya.

Pada saat monyet besar mengeluarkan pukulan ke arah Zen Kagendra, dia hanya menggeser kakinya sedikit kesamping dari posisi berlari dia menahan pukulan dengan pedangnya dengan posisi seakan dia akan terpental ke belakang, tapi beberapa saat ketika dia terbang terlempar oleh pukulan monyet, dia hanya mendarat dengan kaki kirinya seakan pukulan monyet tidak memberi luka pada tubuhnya tapi hanya melewatinya saja, seakan pukulan itu di redam.

Ketika melihat ini mata Arya Mayang melebar, dia terkejut, keahlian gerakan beladiri Zen Kagendra seakan jauh diatas dugaanya, tapi setelah mengkomfirmasi bahwa Zen Kagendra mampu mengontrol situasi dia berhenti menoleh ke arah Zen Kagendra yang ada di belakangnya.

Zen Kagendra terus melakukan gerakan redaman ini berulang – ulang selama lebih dari dua jam, melihat itu monyet yang sebanding dengan Alam Prajurit tahap awal ini mulai kehabisan kesabaran segera kedua monyet memukulnya berama dengan kekuatan penuh.

“Hooooonh” gema suara pukulan monyet terdengar di udara.

Kaki Zen Kagendra bergeser ke arah samping dia menghindari pukulan itu tapi ketika dia di udara dia melihat cacat gerak pada kedua serangan monyet, dia melihat kedua monyet melangkah terlalu lebar hingga harus mengambil beberapa saat untuk menstabilkan tubuhnya. Melihat itu Zen Kagendra tersenyum, ketika dia mendarat di tanah dengan kaki kananya dia langsung mengoperasikan Bayangan Hantu dan maju ke depan menyerang.

Dengan cepat Zen Kagendra berada di depan kedua monyet, dengan keterampilan Bayangan Hantu tahap ketiga gerakanya senyap dan suara senyapnya dia langsung menuju menyerang bagian paha monyet pertama, melihat serangan Zen Kagendra monyet itu hendak menyerang paha monyet itu mencoba memblokir dengan tangan kirinya tapi tiba – tiba sudut pedang Zen Kagendra merubah lintasan dengan cepat dan terbang mengarah langsung ke lehernya, reaksi monyet juga cepat dia mencoba memblokir dengan tangan kananya tapi itu belum berakhir ketika pedangnya akan di blokir oleh tangan monyet, Zen Kagendra melompat dan memberikan serangan pukulan terhadap mata kiri monyet.

Meski Zen Kagendra hanya pada Alam Dasar tingkat 6 untuk memberikan luka hanya dengan pukulan terhadap mata monyet bukanlah hal yang sulit.

“Buk!” serangan itu telak memukul mata monyet

Ketika monyet hendak mundur akibat pukulan telak pada mata kirinyanya, pedang Zen Kagendra berkelebat dan menusuk ke arah mata kanan monyet.

“Pufff...” Serangan pedang itu menusuk mata kanan monyet dan menembus kepalanya.

Melihat pedang sudah menembus kepala monyet, Zen Kagendra segera menggunakan tubuhnya sebagai bantalan loncatan dan meloncat ke arah monyet kedua.

Monyet pertama jatuh ke kanan dan tubuh Zen Kagendra meloncat ke arah kiri menuju monyet kedua, Zen Kagendra mengambil keuntungan dari sudut seranganya dan langsung menargetkan tebasan pada leher monyet. Tapi respon monyet itu cepat ketika melihat gerakan Zen Kagendra dia segera menggunakan tangan kananya untuk memblokir pedang, melihat monyet akan memblokir pedangnya Zen Kagendra menarik kembali pedangnya dan menginjak tangan monnyet dengan kaki kanan dan mengubah sudut menebas bagian perut monyet vertikal kebawah.

“Pufff.... Buk”

Suara perut monyet tebelah oeh pedang Zen Kagendra dengan di ikuti suara pendaratan kedua Kaki Zen Kagendra di tanah.

“Buk.. Bukk”

Dua suara keras di ikuti getaran mengguncang tanah sekitar, seakan benda seberat beberapa ton runtuh di belakang Arya Mayang.

Arya Mayang berhenti dan berbalik melihat pedang di tangan Zen Kagendra lalu tatapnya di arahkan ke belakang Zen Kagendra dan melihat dua monyet besar telah runtuh. Melihat Arya Mayang memandangnya Zen Kagendra tersenyum “Apa kau tidak ingin istirahat? Hari ini kita akan makan daging monyet api”.
Share: