Saturday, April 15, 2017

Defying World Chapter 6

Chapter 6

Memukau Penonton


Arya Prabu sadar dari shocknya “Pertandingan selesai, pemenangnya Zen Kagendra”

Semua penonton masih diam seakan tak percaya, kejadianya terlalu cepat dan tiba – tiba hanya beberapa orang yang melihat serangan dengan jalas termasuk Zen Kuntara dan petinggi Wi Harja mereka melihatnya, meskipun melihatnya mereka masih tak percaya pada apa yang mereka lihat.

Wi Harja yang sebelumnya tertegun dengan apa yang dia liat segera mendekati tubuh Wi Gupi yang masih tak sadarkan diri di lantai arena.

“Wi Gupi Wi Gupi” Dia memanggilnya tapi tak ada jawaban, lalu dia memerisksa denyut nadi dan nafasnya mereka masih normal, jadi dia mendapat kesimpulan bahwa dia hanya pingsan.

“Petinggi Wi, sepertinya Wi Gupi akan pingsan sementara waktu, bagaimana kalau kau membawanya ke kamar tamu istana kami untuk sementara” Zen Kuntara juga bangun dari shocknya dia mencoba menawarkan bantuan untuk Wi Harja, terlepas sikap Wi Harja dan Wi Gupi dia masih tuan rumah

“Kurang ajar..!” Wi Harja marah

Wi harja menoleh ke arah Zen Kagendra “Ini hanya pertandingan persahabatan, tapi kau masih membuatnya pingsan! Beri aku penjelasan!”

Mata Zen Kagendra menatap Wi Harja “Dia menyerangku dengan serangan cepat, targetnya juga wajahku, bila aku terkena mungkin aku yang jatuh berbaring disana sekarang”

Zen Kagendra melanjutkan dan matanya menyipit “Petinggi Wi Anda sedang tidak mencari-cari alasan agar tidak membayar taruhan kan?” Zen Kagendra melangkah satu langka ke depan petinggi Wi Harja

Wi Harja terkejut melihat Zen Kagendra cukup berani berbicara dengan “Hanya 100.000 Keping Emas, bagiku ini hanya uang receh, ambillah” petinggi Wi Harja melemparkan 1 kantong ke arah Zen Kagendra.

Zen Kagendra melihat kantung dia membukanya dan di dalam berisi keping nominal 10.000, dia menghitungnya sekilas dan jumlahnya memang 100.000

Keping Emas adalah mata uang di dunia ini, pecahanya beraneka ragam ada 1, 5, 10, 50, 100, 500, 1.000, 10.000 tentu saja keping emas nominal 10.000 jarang terlihat hanya keluarga - keluarga kaya yang biasanya menggunakan nominal tersebut untuk pembayaran.

Tapi situasi tidak terduga terjadi saat Zen Kagendra selesai menghitung, pancaran energi kultivator sedang di arahkan kepadanya dan yang melakukanya adalah Wi Harja, ekspresi tidak mengenakkan sedang di tampilkan di wajahnya.

Tubuh Zen Kagendra bergetar tapi dia tidak mundur dia langsung menatap wajah Wi Harja, matanya tajam menatap wajah Wi Harja dan tidak sedikitpun ekpsresi cemas dan takut di tampilkan pada wajah Zen Kagendra.

Zen Kagendra acuh bertanya “Apa begini cara petinggi Perguruan Menggebrak Bumi memperlakukan seorang junior? Dan apa kau sudah selesai?”

Wajah Wi Harja berubah tertegun, dia langsung menarik energi yang dia lepaskan, dia tidak ingin malu lebih banyak lagi dia berbalik mengangkat Wi Gupi dan menghadap Zen Kuntara.

“Raja Zen Kuntara terima kasih telah menerima usulan pertandingan ini, tapi jangan lupa aku akan ingat ini”

Dia berbalik dan cepat berjalan keluar dengan sekejap punggunya sudah tidak terlihat lagi.

Setelah Wi Harja pergi suasana arena bela diri masih hening, mereka tidak tau apa yang ingin di ucapkan, pertandingan itu begitu tiba – tiba tapi hasilnya juga sangat mengejutkan.

Hanya dengan satu tamparan pendekar yang kultivasinya lebih tinggi 2 tingkat dari Zen Kagendra dikalahkan oleh Zen Kagendra sendiri, dan setelah itu Zen Kagendra menahan pancaran energi dari pendekar yang jauh lebih tinggi dari tingkatnya, itu semcaram prestasi yang sangat akan menyita perhatian seluruh orang.

Menyadari suasana yang mulai tidak benar Zen Kuntara melangkah ke atas arena bela diri.

“Maaf semuanya, meski ini merupakan kejadian di luar duga’an, tapi aku harap kalian tidak lupa kalau kalian datang kesini untuk merayakan pesta ulang tahun anakku Zen Kagendra”

“Dan untuk keseluruhan pesta aku rasa malam ini sudah terlalu larut untuk melanjutkan pesta, Aku rasa sudah saatnya para tamu untuk meninggalkan acara karena aku tau kalian sudah harus beristirahat untuk beraktifitas besok” wajah Zen Kuntara berbicara kepada para tamu dengan tersenyum

“Ya, raja benar sudah larut aku akan pulang dulu, terima kasih undanganya dan untuk Tuan Muda Zen Kagendra kau adalah kebanggaan Kerajaan Zen kami” setelah beberapa orang mengucapkan salam perpisahan akhirnya pesta itu pun selesai.

Selesai pesta Zen Kagendra langsung menuju halamanya tanpa mengucapkan kata – kata tapi di belakangnya ada rombongan Zen Kuntara, Zen Astakan, Arya Prabu dan Arya Mayang.

“Kagendra tunggu” Zen Kuntara memanggilnya

“Iya ayah, ada apa?” Zen Kagendra berbalik dan menjawab sambil tersenyum

Melihat anaknya yang biasa – biasa aja Zen Kuntara bisa bernafas lega, awalnya ketika Zen Kagendra berbalik menuju halamana Zen Kuntara menduga dia terluka karena pancaran energi petinggi Wi Harja, namun saat sekarang ternyata tidak terjadi apa – apa padanya.

“Bagaimana kau melawan pancaran energi petinggi Wi Harja? Normalnya dia adalah Alam Guru bahkan tingkatnya lebih tinggi dariku, seharusnya kau tidak akan senormal ini setelah menerima pancaran energi penindasan darinya” Zen Kuntara bertanya dengan ragu – ragu.

Melihat kecemasan ayahnya Zen Kagendra merasa hangat di dalam hatinya, keluarganya memang yang terbaik.

“Aku tidak bisa menjelaskan detail, tapi kuncinya tinkat kultivasi tidak selalu dapat menilai segalanya, dari kasus pancaran energi penindasan petinggi Wi Harja tadi ang di arahkan padaku aku hanya mencoba mengalirkan energinya keluar agar aku tidak terkena dampak” Zen Kagendra tersenyum saat menjawab.

“Bagaimana bisa? Apa hal itu mungkin?” tanya Arya Prabu yang penasaran

Zen Kagendra menoleh menatapnya “Aku sendiri tidak yakin, tapi hanya itu yang bisa ku jelaskan”

“Berarti saudara Zen Kagendra sangat jenius bukan?” Arya Mayang berkata dengan mata cerah

Kagendra menyapu pandangan pada wajah mereka bertiga tapi dia tidak menjawab, dia hanya tersenyum.

Saat ini Zen Kuntara tersenyum lebar hatina sangat senang

“Sudahlah jika memang begitu biarlah berlalu, mari kami tidak menganggunya dan cepat beristirahat, besok mayang dan Zen Kagendra akau masuk gunung penanggungan” Arya Prabu cepat memotong suasana.

“Baiklah, Kagendra istirahatlah besok kau akan masuk ke gunung penanggungan”

Setelah berbicara Zen Kuntara dan yang lain berbalik meninggalkan halaman Zen Kagendra

Zen Kagendra juga cepat berbalik melangkah ke halamanya dan memasuki kamarnya, seteah menutup pintu dia duduk dengan posisi bermeditasi di atas kasurnya dan mulai memejamkan mata, dia bermeditasi di atas kasurnya sambil menstabilkan kekuatanya dan mengoperasikan metode kultivasi Naga Api Emas.

Setelah beberapa saat dia menghentikan pengoperasian metode kultivasi Naga Api Emas dan perlahan membuka matanya

“Huh, meski ingatanku dan kekuatan masa lalu ku hilang tapi metode tempurku masih pada puncaknya, beberapa manusia kecil mencoba menindas dengan hanya kekuatan sepele dia terlalu melebih – lebihkan kekuatan sendiri” Zen Kagendra mengingat kejadian barusan dan tersenyum mengejek “Sudahlah, aku harus istirahat untuk perjalanan besok” dia cepat merapikan pakainya dan berbaring di atas kasur untuk tidur, meski dia tidur dia masih menyisahkan 5% kesadarnya tetap bangun untuk berjaga – jaga.
Share: