Saturday, April 15, 2017

Defying World Chapter 5

Chapter 5

Maaf, Kau Tidak Layak


Di dalam Aula tempat perayaan setelah mendengar suara tantangan untuk Zen Kagendra, para tamu ada yang berdiri dan berbarengan menoleh ke sumber suara.

Zen Kuntara mengerutkan kening menampilkan ketidak senenganya “Petinggi Wi Harja suatu kehormatan Anda mau datang ke kerajaan Zen kami, tapi maaf malam ini adalah malam perayaan ulang tahun anakku Zen Kagendra yang ke 7 tahun, aku rasa mungkin kita bisa membicarakan ini setelah selesai?”

“Untuk apa? Semakin banyak orang menonton bukankah semakin baik? Atau apakah Tuan Muda Zen Kagendra seorang penakut?” pemuda Wi Gupi tersenyum mengejek

“Apa maksudmu?” Zen Kuntara mulai marah

Wi Harja yang di samping Wi Gupi segera tersenyum “Hahahah Raja Zen Kuntara tidak perlu terlalu serius pada generasi muda, sebelumnya aku minta maaf karena terlalu mendadak pertarungan ini bukanlah sesuatu yang di rencanakan, kami sedang menuju wilayah kerajaan Dharma untuk mengantar muridku mengikuti Kompetisi Benih dan kebetulan melewati beberapa wilayah kerajaan jadi kami melakukan pertandingan persahabatan dan kebetulan malam ini kami melewati kerajaan Zen, jadi bagaimana tentang itu?” Wi Harja menjawab dengan penuh percaya diri

“Tapi malam ini ada-“ sebelum Zen Kuntara menyelesaikan kalimatnya Zen Kagendra sudah menepuk bahunya “Ayah, biarkan aku menyelesaikan ini” Zen Kagendra tersenyum ke ayahnya dan menoleh ke arah petinggi perguruan Wi Harja

“Aku akan melakukan pertandingan tapi jika hanya itu saja tidak akan ada menariknya” Kata Zen Kagendra tersenyum penuh makna ke arah Wi Harja

Wi Harja mengerutkan kening “Apa yang Tuan Muda Zen usulkan?”

“Bagaimana tentang ini, kita akan bertaruh 10.000 keping emas untuk pemenang di bawah 50 langkah, 30.000 keping emas untuk pemenang di bawah 20 langkah, 50.000 keping emas untuk pemenang di bawah 10 langkah, dan 100.000 keping emas untuk pemenang dibawah 3 langkah, bagaimana?” Zen Kagendra tersenyum

Zen Kuntara dan lainnya terkejut mengingat 100.000 keping emas bukanlah jumlah yang sedikit meski untuk keluarga kerajaan, contohnya untuk Zen Kagendra uang saku bulananya hanya sekitar 500 keping emas dan untuk kekayaan total kerajaan Zen tidak akan pernah lebih dari 2 juta keping emas.

Petinggi Wi Harja sedikit tertegun berpikir sejenak, karena meski itu jumlah bukanlah sedikit karena dia sudah mengusulkan untuk pertandingan persahabatan di tengah orang banyak dia tidak memiliki cara untuk menolak, karena dia snagat peduli dengan rasa malu dari pada hanya taruhan keping emas.

“Oke, pasti guru memenuhinya, lagi pula aku hanya perlu menang kan” Wi Gupi tersenyum ke arah Wi Harja

Wi Harja tersenyum dan tertawa “Hahahah, baiklah aku setuju, dimana mereka bertanding?

Wi Harja sangat percaya diri pada muridnya, muridnya baru berumur 9 tahun dan kultivasinya sudah pada Alam Dasar tingkat 8 dan meskipun itu didalam perguruan Menggebrak Bumi, jika itu bagian dalam perguruan itu masih kategori atas apalagi dia mendapat perawatan yang baik di dalam perguruan dengan sumberdaya perguruan, apalagi yang bisa di bandingkan untuk sumberdaya selain dari perguruan? Meski kerajaan merupakan strata sosial yang tinggi di dunia, tentu saja itu tidak bisa dibandingkan dengan perguruan bela diri.

“Kita lakukan di arena bela diri, mari ikuti aku” Zen Kagendra segera berbalik dan menatap berbicara pelan ke ayahnya “Ayah biar ini ku selesaikan”

Zen Kuntara yang masih tertegun segera sadar dari lamunanya “Kagendra apa kau yakin? Kultivasinya lebih tinggi darimu 2 tingkat” tanya Zen Kuntara dengan cemas

“Tidak apa-apa aku yakin, lagi pula aku butuh keping emas itu untuk senjata, karena aku tidak ingin berlebihan merepotkan ayah” Zen Kagendra mencoba menenangkan Zen Kuntara

Zen Kuntara mebalas dengan tersenyum “Kau anak nakal kau tidak merepotkan sama sekali, Baiklah tapi hati – hati jangan berlebihan, Wi Harja adalah petinggi bagian dalam perguruan Menggebrak Bumi aku tidak begitu jelas tentang tingkat kultivasinya tapi aku masih bisa melihat samar setidaknya dia berada di Alam Guru tingkat 2, aku tidak bisa menjamin situasi” meski dia percaya anaknya adalah jenius tapi dia masih khawatir tentang anaknya.

“Tidak apa-apa, Oh ya.. ayah aku punya permintaan ketika besok aku berangkat ke gunung tolong berikan aku gelang penyimpanan, satu pedang panjang polos setidaknya tingkat perak kelas atas, dan setidaknya 30 buah pisau pendek yang kedua sisinya tajam dan harus ukuran yang sama yaitu 20 cm” Zen Kagendra menyampaikan permintaanya

Zen Kuntara berpikir sejenak “untuk cincin penyimpanan aku sudah berencana memberikanmu besok, masalah pedang tak ada masalah walau senjata tingkat perak kelas atas agak langka di kerajaan Zen tapi itu bukan berarti tak ada sama sekali dan untuk pisau 30 buah, jika gudang senjata tidak memilikinya aku hanya perlu meminta pandai besi mengerjakan malam ini, secara keseluruhan tidak ada masalah”

“Baik, terima kasih lalu untuk sekarang hanya silahkan menontonku”

Zen Kagendra ternseyum senang dan melanjutkan berjalan ke arah arena bela diri yang tidak jauh dari aula acara perayaan ulang tahunya, dilihat dari senyumnya dia sangat percaya diri pada kemampunya.

Pada saat ini di arena bela diri berdiri dua orang anak laki – laki, anak laki-laki yang memakai baju pesta untuk keluarga kerajaan dan rambutnya berkelebat terhembus angin sedang memasang wajah acuk tak acuh, anak itu adalah Zen Kagendra. Sementara di depanya adalah pemuda yang berpakaian pendekar dan berambut pendek serta membawa pedang di belakang punggunya tersenyum mengejek, anak itu adalah Wi Gupi yang menantang Zen Kagendra.

Di tengah mereka Arya Prabu bertindak sebagai wasit “Pertandingan hanyalah pertandingan persahabatan di larang menyerang dengan tujuan membunuh atau fatal, pertandingan akan selesai bila salah satu menyerah atau pingsan dan untuk taruhan adalah sesuai dengan yang dikatakan Tuan Muda Zen dan kedua belah pihak menyetujuinya”

“Baiklah apa ada yang ditanyakan?” setelah Arya Prabu selesai berbicara dia menoleh ke arah Zen Kagendra dan Wi Gupi

“Tidak” Zen Kagendra dan Wi Gupi menjawab hampir bersama

“Baiklah, pertandingan mulai!” Arya Prabu memulai pertandingan

Wi Gupi menyeringai dan langsung melangkah maju “Tuan Muda Zen anda cukup beruntung bisa kalah dariku, jasamu akan di ingat sebagai batu loncatan untuk ketenaranku”

Wi Gupi dengan cepat berada di depan Zen Kagendra dia memukul ke arah wajahnya dengan di ikuti ledakan gemuruh pukulanya, dilihat dari seranganya dia berlatih keterampilan yang berhubungan dengan angin dan itu cukup cepat untuk setingkatnya.

Zen Kagendra menggeser kaki kanan ke depan dan memiringkan tubuhnya kesamping dia menghindari pukulan dari wajahnya lalu dia sedikit bergumam “Kau terlalu sombong dan tidak tau tempatmu”

Melihat pukulanya di hindari Wi Gupi menarik tangan kananya dan hendak melakukan serangan tendangan dengan kaki kiri ke arah perut Zen Kagendra tapi sebelum dia melakukan serangan dia berhenti dan menoleh ke arah tangan kanan yang datang ke wajahnya, tangan itu seakan melakukan Blink dan tiba – tiba sampai di samping wajahnya.

“Plaaakkk~” suara tamparan wajah menggema dan Wi Gupi terbang ke arah kiri Zen Kagendra

Saat tubuh Wi Gupi masih di udara Zen Kagendra dengan acuh tanpa melihat Wi Gupi berkata “Maaf, kau tidak layak” setelah suara itu memudar tubuh Wi Gupi jatuh dan terpelanting 7 sampai 8 meter jauhnya dari di samping arena bela diri, dia pingsan.

Semuanya diam, semuanya tertegun, bahka Wi Harja membuka rahangnya tanpa berkata – kata. Saat semua masih tertegun dan bingung tentang apa yang terjadi Zen Kagendra memandang Arya Prabu “Paman, kurasa pertandingan sudah selesai” suara Zen Kagendra langsung memecah keheningan.
Share: