Saturday, April 15, 2017

Defying World Chapter 4

Chapter 4

Tamu Tak di Undang


Malam pun tiba, suara riuh petasan di istana kerajaan Zen sudah di mulai para tamu mulai dari pejabat negara hadir dalam acara ulang tahun Tuan Muda Zen Kagendra.

“Mari – mari para undangan kalian bisa makan sepuasnya, mari kita berpesta” suara sorak dari Raja Zen Kuranta terus mengisi suasana perayaan ulang tahun Zen Kagendra.

“Saudara Kuranta sepertinya kau sangat gembira sekali, mana keponakanku dia belum keluar? Suruh dia kemari untuk menyapaku, merayakan ulang tahun keponakan jenius merupakan kesenangan tersendiri untukku”

Seorang pria paruh baya yang wajahnya mirip dengan Raja Zen Kuranta berbicara dari meja undangan dia tersenyum, pria paruh baya itu bernama Zen Astaka adik kangung Zen Kuranta sekaligus paman Zen Kagendra, dia juga adalah penasihat militer kerajaan Zen, di samping kiri kananya adalah dua anaknya.

Pada sebelah kanan adalah anak pertamanya Zen Anjani dia berumur 12 tahun, dia merupakan wanita yang elegan dan merupakan idola anak laki-laki di kerajaan Zen, wajahnya yang menawan dan kulitnya yang putih halus bisa memikat setiap pria dalam satu pandangan, kecantikanya tak kalah dengan Arya Mayang dan tingkat kultivasinya juga berada pada Alam Dasar tingkat 10 puncak merupakan sesuatu yang bagus untuk dibanggakan. Dan di sebelah kirinya adalah anak laki – lakinya dan merupakan adik Zen Anjani namanya adalah Zen Ananta dia merupakan jenius kedua dalam kerajaan Zen dia memasuki Alam Dasar pada umur 7 tahun dan sekarang dia berusia 9 tahun dan sudah pada Alam Dasar tingkat 7.

Meski demikian, Zen Kagendra tidak pernah merasakan persaingan tahta dalam keluarga kerajaan Zen karena masing – masing berpikir untuk mengejar jalan bela diri, mereka mempunyai cita – cita menjadi pendekar tangguh untuk melindungi keluarga yang sudah baik pada mereka.

“Ayo ayo Raja cepat mengajak Tuan Muda Zen Kagendra keluar, saya pribadi akan mengajaknya minum”

“Hei apa katamu Tuan Muda Zen Kagendra baru berusia tujuh tahun jangan mengajarkan hal yang aneh – aneh”

“Hahahaha aku hanya terlalu bersemangat, jadi kapan dia keluar?”

Para tamu semakin riuh dengan obrolan dan canda mereka masing – masing menghidupkan suasana pesta ulang tahun.

Saat ini Raja Zen Kuntara memandang Arya Mayang dan berbicara dengan suara pelan “Nak Arya Mayang maukah memanggil Zen Kagendra untuk kami? Aku rasa aku sudah memberi tahumu saat kau melewatinya tadi siang” Zen Kuntara tersenyum pada Arya Mayang penuh makna, meski Zen Kuntara tidak ingin mengatakanya secara langsung tapi dia masih berharap agar Zen Kagendra bisa berpasangan dengan Arya Mayang selain bakat dan wajahnya cocok untuk Zen Kagendra dia juga anak salah satu dari teman baiknya.

Arya Mayang sedikit tertegun dan wajahnya memandang kearah ayahnya, dia melihat ayahnya mengangguk seakan tau maksud raja Zen Kuntara “Enm, baik paman, aku akan memanggil adik Zen Kagendra” dia menjawab sambil mengangguk ke arah Raja Zen Kuntara.

“Bagus, bagus, kami akan menunggu kalian, karena pestanya tak akan meriah tanpa kehadiranya” Zen Kuntara berbicara lagi dengan tersenyum

Setelah Raja Zen Kuntara menyelesaikan kalimatnya Arya Mayang segera melangkah dan berjalan ke arah halaman Zen Kagendra untuk memanggilnya, dia dengan cepat berjalan dengan sedikit berlari melewati beberapa taman dan lorong istana.

Tapi saat ini Zen Kagendra juga sedang berjalan mengarah ke aula istana tempat ulang tahunya, dengan tampilanya tampan dan menawan yang bisa mempesona setiap wanita dengan tatapan mata sengitnya, dia juga melihat Arya Mayang berjalan kearahnya.

“Saudara perempeuan Arya Mayang, ada apa? Apa kau ingin menjemputku?” Kagendra memanggilnya dan tersenyum

Mayang mengangguk “Enm, pama Zen menyuruhku menjemputmu agar acara segera dimulai”

“Baik, mari kita kesana” Zen Kagendra melangkah lagi berjalan ke arah aula istanatempat perayaan

“Tunggu”

Tiba – tiba hanya beberapa langkah, langkah kakinya terhenti oleh suara dan dia menatap Arya Mayang “ Ada apa?”

Arya Mayang ragu – ragu “Ehh, apa kau menerobos tingkat 6?”

Zen Kagendra menjawab dengan tersenyum “Enm, barusan aku hanya beruntung maka dari itu aku terlambat, baiklah mari kita pergi” setelah dia berbicara dia mulai berjalan lagi ke arah aula istana tempat perayaan ulang tahunnya. Arya mayang hanya patuh dan mengikutinya tanpa bertanya lagi.

Setelah berjalan beberapa saat mereka berdua sampai di aula istana, “Maaf semuanya, saya terlambat” begitu masuk Zen Kagendra segera menyampaikan permintaan maafnya.

“Tidak apa Tidak apa, semuanya mari makan hidangan yang ada, mari pertanya di mulai” Zen Kuranta nampak lebih senang setelah melihat Zen Kagendra.

Zen Kuranta memandang Zen Kagendra dengan senyum lebar “Kagendra, kau menerobos ke Alam Dasar tingkat 6?”

“Enm, barusan aku mendapat beberapa pencerahan, aku menafaatkanya untuk menerobos” Zen Kagendra menjawab tanpa menyembunyikan

Zen Kuranta tetap mempertahankan senyum lebarnya “Bagus – bagus, ayah senang, berusia tujuh tahun dan mencapai Alam Dasar tingkat 6 perstasi masa depanmu sangat jauh dari jangkauanku”

“Keponakanku terlalu mengejek langit”

“Sepupu Kagendra kau jenius”

“Sepupu adik kecil memang jenius”

Pamanya Zen Astaka dan kedua anaknya Zen Anjani dan Zen Ananta mengucapkan selamat dan ikut tersenyum, jika dia semakin kuat lalu apa? Itu berarti stabilitas kearajaan Zen akan semakin terjaga.

Mereka mengobrol untuk hal – hal sepele untuk meningkatkan hubungan kekeluargaan antar keluarga kerajaan, dan anggota keluaga kerajaan Zen yang lain ada sedikit banyak yang akan tiba – tiba mencetus untuk mengatakan pujian dan gurauan mereka, suasana pesta sangat ramai meski begitu pada hati masing – masing orang suasana itu sangat hangat dan kekeluargaan.

Sementara itu dari luar pintu

Dua orang pelayan terengah – engah dengan wajah cemas berlari ke arah pesta, mereka segera berlutut di depan Zen Kuntara “Raja, sekarang di depan gerbang istana, petinggi perguruan Menggebrak Bumi datang untuk berkunjung dan dia juga membawa seorang murid dia bilang dia tidak mau di buat menunggu”

Zen Kuntara tertegun sejenak dan berkata “Tuntun aku kesana” Zen Kuntara berdiri dan siap berjalan keluar pintu aula

Tapi sebelum itu dia sudah melihat satu pria tua dan satu anak laki – laki berusia sekitar 9 tahun memasuki Aula tempat perayaan pesta ulang tahun. Dengan angkuh dia menyapu pandangan ke arah semua undangan termasuk tuan rumah Raja Zen Kuntara Pria tua itu tersenyum “Aku Wi Harja petinggi bagian dalam perguruan Menggebrak Bumi mengusulkan sparring untuk Zen Kagendra dan muridku Wi Gupi, apa dia berani?”
Share: