Sunday, April 30, 2017

Defying World Chapter 32

Chapter 32

Gadis Penakut



Tapi pada ujung gua ada sebuah lubang kecil lagi dengan ukuran diameter sekitar 2 meter dan ketika ditelusuri lebih jauh lubang itu terus berlanjut bahkan setelah batas radius sensor jiwa Zen Kagendra.

Melihat ini Zen Kagendra mengerutkan kening, sebuah gua dengan lubang di dalamnya? Bahkan lubang itu sangat dalam? Sarang ular?, dia memikirkan beberapa kemungkinan dalam pikiranya.

Kembang Laras yang juga menyadari ke anehan akhirnya membuka mulutnya,

“Tuan Zen, gua ini...”

Mendengar perkataan Kembang Laras dengan suara penuh keraguan, Zen Kagendra menanggapi,

“Kita periksa”

Setelah menanggapi Kembang Laras, Zen Kagendra mulai berjalan ke arah gua, gua berada beberapa puluh meter di depan mereka, mulut gua ditutupi semak - semak, terlihat jelas bahwa semak-semak itu adalah semak - semak alami dan kemungkinan besar gua tidak pernah dimasuki oleh manusia.

Melihat Zen Kagendra sudah berjalan ke arah gua Kembang Laras juga mulai mengikutinya dari belakang.

“Krreeskk Kreessskk”, Suara Zen Kagendra membersihkan semak-semak.

Setelah membersihkan semak-semak di mulut gua beberapa saat, dia dan kembang Laras mulai memasuki gua, dia mengamati sekeliling dinding gua, dinding gua itu merupakan dinding batu, jadi kemungkinan untuk binatang tanah yang tersembunyi dibalik dinding gua sangatlah kecil.



Tidak hanya mengamati Zen Kagendra juga terus mengaktifkan sensor jiwa untuk mendeteksi segala hal dan terus waspada.

Setelah mengamati, Zen Kagendra bisa memastikan bahwa bagian gua tidak terdapat bahaya, dia mulai berjalan ke arah lubang di bagian dalam gua.

Sementara Zen Kagendra sudah berjalan ke arah lubang di bagian dalam gua, Kembang Laras yang juga ikut mengamati gua, terus menempel di belakang Zen Kagendra yang berjalan ke bagian dalam gua.

Setelah berjalan beberapa puluh meter mereka tiba di ujung pakai gua, seperti yang dikonfirmasikan sensor jiwanya, pada ujung gua terdapat lubang dengan diameter kurang lebih 2 meter dan kedalaman lubang itu tidak diketahui, tapi bisa dipastikan bahwa kedalamanya tidak kurang dari satu kilometer menurun.

Perlu diketahui sensor jiwa Zen Kagendra sudah bisa mencakup satu kilometer, itu berarti lubang di bagian ujung gua ini panjangnya lebih dari satu kilometer.

Zen Kagendra awalnya berpikir bahwa lubang itu adalah lubang sarang milik seekor ular besar, tapi setelah mengkonfirmasi bahwa bagian mulut gua tidak memilik pergerakan beberapa waktu terakhir yang ditandai dari kerimbunan semak-semak di depan gua, dia mulai mengesampingkan kemungkinan ini.

Zen Kagendra yang ingin menyelediki dan menelusuri ke bagian dalam lubang, berbicara dengan ekspresi acuh tanpa menatap Kembang Laras,

“Aku akan menyelidiki dan menelusuri bagian dalam lubang, kau tunggu disini”

Setelah berbicara, dia langsung berjalan tapi tiba – tiba terhenti oleh tarikan tangan pada lengan kananya, menyadari ada tangan yang menarik lenganya, Zen Kagendra menatap ke belakang,

“Tunggu, aku ikut, Aku tidak mau disini sendirian”, suara Kembang Laras dengan memasang wajah memohon.

“Aku tidak mengerti situasi bagian dalam lubang, mungkin ada bahaya”

Zen Kagendra yang tidak mengerti situasi bagian dalam lubang, jadi dia tidak bisa memastikan keselamatan Kembang Laras, oleh karena itu dia ingin membiarkan Kembang Laras menunggu di bagian luar lubang.

“Apa kau takut, aku akan jadi beban?”, Kembang Laras bertanya

Menanggapi pertanyaan tiba – tiba Kembang Laras, Zen Kagendra menjawab dengan acuh, “Ya itu jelas, dan itu tidak hanya ‘akan’ karena itu ‘pasti’ ”

Mendengar anak laki – laki di depanya menjawab dengan blak – blakan tanpa menahan, mata Kembang Laras sedikit berkaca – kaca dan dia berbicara “Kau jahat, bisakah kau tidak terlalu jujur, tapi pokoknya aku ikut”

Setelah mendengar kata – kata Kembang Laras, Zen Kagendra tidak punya pilihan dan akhirnya setuju.

“Baiklah menempellah terus padaku, dan jangan menangis”

“Enm”, Kembang Laras mengangguk

Awalnya Zen Kagendra menjawab dengan acuh karena ingin meninggalkan Kembang Laras menunggu di bagian luar lubang dan dia akan menjelajahi bagian lubang, tapi ketika melihat reaksi kKembang Laras dia mulai berpikir bahwa gadis bodoh ini sangat penakut, jadi dia tidak punya pilihan lain selain membiarkan kembang Laras untuk ikut.

Setelah mencapai kesepakatan, mereka mulai berjalan menyusuri ke bagian dalam lubang, lubang ini semua dindingnya terdiri dari batu, jadi seperti bagian dinding gua bagian luar, kemungkinan untuk binatang tanah yang tersembunyi dibalik dinding gua sangatlah kecil.

100 meter, 200 meter, 300 meter, 400 meter, 1 kilometer, 2 kilometer

Setelah menyusuri gua sedalam 2 kilometer, Zen Kagendra yang terus mengaktifkan sensor jiwanya mendeteksi ujung radius sensor jiwanya, yang berarti pada satu kilometer di depan adalah ujung lubang.

Zen Kagendra mengerutkan kening dia telah mendeteksi bahwa satu kilometer di depan adalah ujung dari lubang yang sekarang di telusuri olehnya, sedangkan setelah ujung lubang terdapat sebuah ruangan yang sangat besar, ruangan itu lebarnya kurang lebih 300 meter dan dindingnya juga terdiri dari batu, kemungkinan bahwa ruangan itu adalah tepat di dasar sebuah bukit.

Gunung Kelud merupakan sebuah daerah pegunungan dengan puncak tertinggi adalah gunung Kelud, tidak heran bahwa di sekitar gunung Kelud terdapat beberapa bukit-bukit kecil meski dikatankan kecil ketinggian dari bukit itu tidak kurang dari ratusan kaki.

Saat Zen Kagendra masih fokus dengan ruangan yang berada di ujung lubang, tiba-tiba tangan Kembang Laras meraih tangannya untuk menahan langkah kakinya, Zen Kagendra yang merasakan sebuah tangan meraih lengan kanannya segera merespon dan berbalik menatap Kembang Laras.

“Ada Apa?”, tanya Zen Kagendra.

“Hari sudah mulai malam”, jawab Kembang Laras.



Menyadari apa yang barusan dikatakan kembang Laras, Zen Kagendra tersenyum tipis, dia benar-benar lupa bahwa hari akan menjelang malam, dan untuk menyelidiki sebuah lubang di bawah bukit pada malam hari bukanlah pilihan yang baik, oleh karena itu dia mulai memikirkan untuk kemungkinan bermalam di lubang.

“Maaf, aku lupa, ayo ikuti aku”, Zen Kagendra berjalan kembali dan di ikuti dengan Kembang Laras. Untuk bermalam tentu saja dia harus memilih tempat yang benar-benar aman dan nyaman, ketika berpikir dia mendapat kesimpulan pada daerah lubang ini yang paling aman dan nyaman adalah pada radius 500 meter dari mulut gua, karena pada radius tersebut tekanan suhu dan udara masih sama dengan luar.





Share:

0 komentar:

Post a Comment