Saturday, April 29, 2017

Defying World Chapter 31

Chapter 31

Wani Perih


Kembang Laras berlari ke arah Zen Kagendra dengan tersenyum lebar, menanggapi suara Kembang Laraas yang menggema di telinganya, Zen Kagendra berbalik menatapnya dan sedikit tersenyum.

“Tuan Zen..., kau kuat, kau mengagumkan, kau keren, tap-“, Kembang Laras yang berlari ke arah Zen Kagendra berbicara denga senyum lebar, tapi berhenti dan tidak menyelesaikan kalimatnya.

Dia menatap ke lengan kiri Zen Kagendra yang terluka, robekan daging sedalam 2 sampai 3 cm dan panjangnya dari pundak ke telapak tangan ke sekitar sekitar 60 cm, dari luka robekan itu terlihat darah yang masih mengalir, melihat ini Kembang Laras yang awalnya bahagia segera memasang wajah cemas di wajahnya.

Melihat Kembang Laras yang menatap cemas ke lenganya, Zen Kagendra berbicara dengan ekspresi acuh,

“Ini hanya luka luar, tidak masalah, tiga hari pasti sembuh, bahkan bisa lebih cepat”



Setelah mendengar perkataan Zen Kagendra, Kembang Laras sedikit tertegun dan menatap ke arah wajah anak laki – laki di depanya. Meski bagi pendekar beladiri luka luar bukanlah hal yang perlu dirisaukan, tapi luka tetaplah luka, itu bisa menyebabkan infeksi dan kehilangan darah.

Menyadari Zen Kagendra mengacuhkah luka tangan kirinya, Kembang Laras segera mengusap cincin penyimpanannya dan mengeluarkan satu helai kain dan satu botol air.

Kain yang keluar dari cincin penyimpanan Kembang Laras berwarna pink dan terlihat seperti selendang, kain itu adalah kain yang biasa digunakan untuk ikat pinggang oleh Kembang laras.

Setelah mengambil selendang dan sebotol air dari gelang penyimpanannya, tangan Kembang Laras lalu meraih lengan Zen Kagendra, dia langsung menyiramkan air dari botol ke lengan kiri Zen Kagendra.

Kembang Laras sedikit jengkel dengan tanggapan Zen Kagendra karena mengacuhkan luka pada tangan kirinya.

Zen Kagendra sontak kaget saat Kembang Laras meraih lengan kirinya, apalagi setelah lengan kirinya di raih oleh tangan Kembang Laras, luka di lengan kirinya yang masih terbuka langsung disiram air.

Meskipun Zen Kagendra seorang pendekar beladiri Alam Prajurit tingkat 10, dia tetaplah manusia, ketika lukanya yang robek terbuka di siram air, dia merintih dan merasakan rasa nyeri pada lukanya, dia pun langsung menarik lengan kirinya dari tangan kembang Laras dan berbicara,

“Apa yang kau lakukan? Itu sakit”, teriak Zen Kagendra pada Kembang Laras.

Kembang Laras cemberut dan menjawab, “Lukamu itu lumayan dalam, itu harus di tangani, sini biar aku rawat”

Mendengar tawaran dari Kembang Laras, Zen Kagendra awalnya ragu-ragu tapi setelah beberapa saat, dia akhirnya setuju dan mengulurkan tangannya ke depan Kembang Laras.

Melihat Zen Kagendra yang sebelumnya ragu-ragu dan akhirnya setuju dengan tawaranya, Kembang Laras tidak membuang waktu dan segera meraih lenganya, dia terlebih dahulu membersihkan beberapa kotoran dari lengan kiri Zen Kagendra dengan menggunakan air dari botol.

Saat membersihkan luka dengan air, Kembang Laras diam-diam melirik ke arah wajah Zen Kagendra, Zen Kagendra sedikit mengerutkan kening karena merasakan nyeri dari lengan kirinya yang sedang di bersihkan menggunakan air.

Ketika melihat itu kembang Laras diam-diam tersenyum tipis, dia berpikir sekuat apapun dirimu saat bertempur, kau tetaplah seorang manusia, manusia harus memiliki segala macam emosi dan itu bukanlah hal yang bisa berubah hanya karena dirimu prajurit yang kuat.

Setelah beberapa saat membersihkan lengan kiri Zen Kagendra dengan air, Kembang Laras segera menggunakan kain selendang berwarna pink miliknya untuk membalut luka.

Dia membalut dengan hati-hati karena tidak ingin membuat luka robek pada lengan kiri Zen Kagendra mengalir lebih deras, setelah beberapa kali balutan akhirnya luka yang panjangnya 60 cm tertutup semuanya.

Setelah merawat luka pada lengan kiri Zen Kagendra , Kembang Laras tersenyum menatapnya dan dia berbicara dengan sedikit tertawa,

“Sudah, bukankah rasanya lebih baik?”

Mendengar tanya Kembang Laras, Zen Kagendra hanya bisa mengangguk dan bergumam, “Enm”

Setelah melihat Zen Kagendra mengangguk meski dengan wajah acuhnya, Kembang Laras tersenyum dan bertanya,

“Tuan Zen, bagaimana sekarang? Kau ingin istirahat dulu atau langsung melanjutkan perjalanan?”

Mendengar pertanyaan Kembang Laras, Zen Kagendra menjawab dengan wajah datar,

“Kita lanjutkan saja, tapi pertama aku bereskan kekacauan ini dulu”

Setelah berbicara, Zen Kagendra berjalan ke setiap tubuh binatang setan, masing – masing kepala binatang setan di belah dan di ambil inti binatang setan.

Harga inti binatang setan Alam Panglima adalah sekitar 50.000 keping emas, jika saja Zen Kagendra menjual keempat inti binatang setan Alam Panglima yang dia bunuh hari ini dia sudah mendapatkan 200.000 keping emas, itu setara dengan 10% kekayaan seluruh kerajaan Zen.

Tapi hal berharga pada binatang setan bukan hanya inti binatang setannya saja, tubuh inti binatang setan juga sangat berharga, tapi harga nya adalah bervariasi umumnya untuk binatang setan Alam Dasar sekitar 100 keping emas, Alam Prajurit 500 keping emas, Alam Panglima 5000 keping emas dan untuk setiap alam lebih tinggi memiliki kenaikan harga sekitar 8 sampai 10 kali lipat dari harga sebelumnya

Zen kagendra sudah berada di area hutan gunung Kelud selama 2 tahun, untuk binatang Alam Prajurit yang dibunuh jumlahnya sudah lebih dari 100 dan dia berencana untuk menjual setengah dari jumlah tubuh binatang setan yang dia dapat saat keluar dari area gunung, dan setengahnya lagi akan dia bagi dengan teman dan keluarganya untuk dgunakan makanan sehari – hari

Tubuh bnatang setan memiliki khasiat yang sangat bagus, selain bisa memperkuat tubuh dan menanmbah ketahan tubuh, ada juga beberapa tubuh binatang setan yang memiliki khasiat untuk menyembuhkan racun bahkan membuat tubuh pendekar kebal terhadap racun.

Setelah mengambil inti binatang setan dari keempat binatang Zen Kagendra juga menempatkan tubuh binatang setan ke dalam gelang penyimpanannya, tubuh yang di masukkan ke dalam gelang penyimpanan akan di kirim ke dimensi berbeda dalam gelang penyimpanan, pada dasarnya di sana merupakan ruang yang kedap, maka dari itu tubuh binatang setan yang di tempatkan ke dalam gelang penyimpanan tidak akan mengalami pembusukan.

Tapi sayangnya karena dimensi ruang kedap itu lah, mahkluk hidup tidak bisa di tempatkan ke dalam gelang penyimpanan.

Selanjutnya Zen Kagendra berjalan ke bagian dalam lapisan tengah gunung kelud, karena di tempat yang sekarang dia bertarung, hanya bagian luar lapisan tengah, maka Zen Kagendra harus lebih waspada saat memasuki area yang lebih dalam gunung kelud.

Melihat Zen Kagendra sudah berjalan pergi, kembang Laras sedikit cemberut, dia berpikir sikap Zen Kagendra benar-benar terlalu dingin, meski dia kuat dan kadang mesum dan kadang juga bertindak lucu, tapi yang paling banyak terlihat dari sikap nya adalah sikap dingin dan mendominasinya.

Ketika Kembang Laras berpikir tentang Zen Kagendra, Zen Kagendra sudah berjalan lebih jauh di depannya, Kembang Laras segera bangun dari pikirannya sendiri dan berlari mengejar Zen kagendra dari belakang.



Sementara Zen Kagendra dan Kembang Laras berjalan berdampingan dan terus waspada terhadap serangan binatang setan yang mungkin saja datang tiba – tiba waktu sudah lewat beberapa jam sejak mereka pergi dari tempat pertarungan dengan singa bertaring panjang.

Waktu berlalu jam demi jam, langit yang sebelumnya berwarna biru sudah berubah menjadi jingga, menandakan bahwa matahari yang sebelumnya berada di atas langit sedikit demi sedikit sudah mulai terbenam di bagian barat.

Posisi mereka sekarang sudah hampir mencapai pusat area lapisan Tengah Gunung Kelud, maka dari itu mereka pilihan yang bijak untuk mereka adalah secepat mungkin menemukan tempat bermalam dan melanjutkan perjalanan besok.

Setelah berjalan lagi beberapa kilometer ke depan, Kembang Laras dan Zen Kagendra melihat sebuah gua di antara semak-semak, gua itu memiliki diameter sekitar 5 meter dan ketika energy, sensor jiwa Zen Kagendra memeriksa bagian dalam gua, dia memperkirakan bahwa kedalaman gua adalah 35 sampai 40 meter.

Tapi pada ujung gua ada sebuah lubang kecil lagi dengan ukuran diameter sekitar 2 meter dan ketika ditelusuri lebih jauh lubang itu terus berlanjut bahkan setelah batas radius sensor jiwa Zen Kagendra.



Share:

0 komentar:

Post a Comment