Friday, April 28, 2017

Defying World Chapter 28

Chapter 28

Serbuan Binatang Setan


“Awaass...”, Zen Kagendra berteriak ke arah Kembang Laras, yang berjalan mendekatinya.

Kembang Laras yang mendengar peringatan Zen Kagendra, segera merasakan bahwa ada pergerakan di belakang tubuhnya, tubuhnya berbalik dan dia melompat mundur ke arah Zen Kagendra.

Tapi bagaimana bisa binatang setan yang menerkam mangsanya diam – diam dengan mudah di hindari?

Sosok binatang setan juga melompat ke depan mengikuti reflek Kembang Laras.

Meski reflek Kembang Laras cepat, tapi dia masih lebih lambat dari sosok binatang setan yang melompat untuk menerkamnya.

Melihat sosok binatang setan sudah membuka mulutnya dan jaraknya hanya tinggal tiga langkah darinya, Kembang Laras sudah pasrah karena tidak mememilikikesempatan untuk menghindar, dia hanya bisa menggigit bibirnya dan merasa menyesal karena lengah.

Dia datang ke hutan bersama teman dan saudaranya untuk menemukan warisan keluarga Kembang, tapi di perjalanan dia di sergap oleh sekelompok anak kurang ajar yang ingin memperkosanya.

Pada saat itu dia hanya bisa pasrah pada keadaan karena mengkhawatirkan kondisi saudara dan temanya, dia tidak ingin melihat orang - orang yang baik padanya menderita.

Tapi seperti dewa masih memberikanya kesempatan, dia bersama saudara dan temanya di selamatkan oleh Zen Kagendra, Zen Kagendra sang penyelamatnya tidak hanya menyelamatkanya, tapi dia juga bersedia membantunya menemukan warisan keluarga Kembang.

Meski Zen Kagendra melakukanya denga sedikit pamrih untuk imbalan warisan keluarga kembang, tapi Kembang Laras cukup bersyukur karena tidak sembarang orang bisa memiliki keyakinan memasuki wilayah lapisan tengah gunung kelud tanpa terluka.

Tapi pada saat ini Kembang Laras sudah merasa sudah akan mati, mulut binatang setan terbuka lebar untuk mengoyak tubuhnya dan jaraknya pun kurang dari tiga langkah di depanya.

“Apa aku akan mati seperti ini? Paman, guru, maafkan aku”, Kembang Laras tanpa sadar bergumam pelan.

“Buuuk”

Suara tendangan keras terdengar oleh telinga Kembang Laras, mendengar suara tendangan di depanya, Kembang Laras membuka matanya dan melihat ada sosok anak laki – laki yang berada di udara dengan pedang di tanganya.

Kembang Laras tidak asing dengan anak laki – laki di depanya, dia anak laki – laki yang sama yang menyelamatkanya sebelumnya.

Ya, anak laki – laki itu adalah Zen Kagendra yang sebelumnya berada di belakangnya, sekarang dia sekali lagi dengan gagah berani menyelamatkan Kembang Laras dari situasi hidup dan mati.

Zen Kagendra yang telah menendang kepala binatang setan ke tanah, mendarat dan mengusap gelang penyimpananya, dia mengambil beberapa bom berwarna abu - abu seukuran telapak tangan dan memberikanya pada Kembang Laras.

“Ambil ini, begitu ada kesempatan, lempar bom ke dalam mulut binatang setan”, Zen Kagendra berbicara pada Kembang Laras tanpa melihat ke arahnya.

Kembang Laras yang masih sedikit shock seger menjawab, “ya”

“Areerrrr..”, geraman binatang setan sebelumnya di tendang Zen Kagendra, sekarang sudah bangun dan siap menyerang lagi. 


Perlu di ketahui, binatang setan yang menyerang Zen Kagendra dan Kembang Laras adalah seekor singa bertaring panjang, tinggi tubuhnya kurang lebih tiga meter dan panjangnya hampir lima meter, warna tubuhnya ungu ke hitaman dan merupakan binatang setan Alam Panglima tahap akhir.

Zen Kagendra sudah dalam mode tempur mengamatinya hati – hati, dia tidak ingin gegabah untuk menyerang membabi buta tanpa mengetahui beberapa titik lemah untuk binatang setan di depanya.

Tapi ketika dia mengamati singa bertaring panjang di depanya, ada suara langkah kaki berat dari sisi belakang singa bertaring tajam di depanya.

Setelah beberapa saat, terlihat ada dua singa bertaring tajam yang bertubuh sedikit lebih kecil dari singa bertaring tajam pertama yang menyerang Kembang Laras.

Melihat ada tiga singa bertaring panjang Alam Panglima tahap akhir di depanya, Zen Kagendra mengerutkan kening, awalnya dia masih berencana untuk bertarung satu lawan satu dengan singa bertaring tajam, tapi setelah melihat ada dua ekor singa bertaring panjang yang datang dan total di depanya ada tiga ekor singa bertaring panjang, dia segera memikirkan beberapa cara untuk keluar dari situasi ini.

Kembang Laras yang melihat Zen Kagendra tidak bergerak dari posisi awal setelah memberikan bom padanya, merasa sedikit cemas dan melangkah ke arah Zen Kagendra. Dia menepuk bahu Zen Kagendra dan berkata,

“Tuan Zen, ini salahku.. biarkan aku mengulur waktu dan-“

Sebelum menyelesaikan kalimatnya, suara Kembang Laras terhenti oleh suara Zen Kagendra yang berbicara, “Diam, lakukan seperti yang ku kukatakan barusan”

Zen Kagendra tidak menoleh ke arah Kembang Laras saat berbicara, dia masih mengarahkan tatapanya pada tiga ekor singa bertaring panjang di depanya.

Kembang Laras tertegun mendengar perkataan anak laki – laki di depanya, seorang bocah berumur sembilan tahun dan hanya pada Alam Prajurit berani menantang tiga binatang setan Alam Panglima tahap akhir secara bersamaan ?, sebelum bertemu dengan Zen Kagendra, bahkan Kembang Laras tidak akan berani membayangkan hal – hal gila seperti itu.

“Aku mulai”, setelah berbicara Zen Kagendra langsung menggunakan Bayangan Hantu dan langsung berlari ke depan.

Sebelumnya Zen Kagendra sedikit ragu – ragu untuk bertarung langsung dengan tiga ekor singa bertaring panjang secara bersamaan, tapi entah kenapa dia merasakan gejolak nafsu untuk bertempur setelah mendengar perkataan Kembang Laras yang seakan sudah tidak mempunyai alternatif lain.

Sementara itu ketika melihat seorang manusia berlari membawa pedang ke arah mereka, ketiga singa bertaring tajam juga segera berlari ke depan untuk menerkamnya.

Zen Kagendra tidak mengurangi kecapatan sedikitpun, ketika beberapa langkah dari tiga ekor singa bertaring panjang, dia melompat ke depan dan menebaskan pedangnya ke arah rahang bagian atas salah satu singa bertaring panjang.

“Diinnng...”

Serangan pedangnya bertabrakan dengan taring panjang salah satu singa, sementara itu di sebelah kananya ada satu kaki bercakar tajam mencoba menerkam tubuhnya.

Zen Kagendra menghindari cakar dengan menggeser kaki kirinya ke samping dan memutar tubuhnya menggunakan kaki kiri sebagai porosnya.

Ketika dua ekor singa bertaring panjang melawan Zen Kagendra, seekor singa tidak memperdulikan Zen Kagendra dan berlari ke arah Kembang Laras.  


Melihat seekor singa berlari ke arah Kembang Laras, Zen Kagendra mengusap gelang penyimpananya dan melemparkan dua pisau pendek ke arah lubang telinga dan mata singa bertaring panjang.

“Swwooosshh...”

“Swooosshhh...”

Singa yang melihat dua buah pisau panjang datang ke arahnya langsung melompat ke belakang, dan berusaha untuk menghindari pisau, tapi ketika singa melompat ke belakang ada satu lagi pisau pendek melesat cepat ke arah dua pisau pendek sebelumnya.

“Ding..”

Ketiga pisau pendek bertabrakan dan berubah arah, satu pisau terbang jatuh menancap ke tanah dan dua sisanya melesat ke arah kedua mata singa bertaring tajam.

Tapi reflek singa sangat cepat, ketika melihat dua pisau mengarah ke matanya, singa itu menoleh ke kanan untuk menggunakan lehernya menangkis pisau.

“Diing...”

“Diiing...”

Suara dua pisau menabrak leher singa yang setebal kulit besi dan gagal menembus mata singa bertaring tajam, tapi tepat setelah singa berhasil menangkis pisau, Zen Kagendra sudah berdiri tepat di samping kepala singa bertaring panjang yang sebelumnya berlari ke arah Kembang Laras. Zen Kagendra mengangkat pedangnya dan mengarahkan tusukan pada telinga singa bertaring panjang.



Share:

0 komentar:

Post a Comment