Thursday, April 27, 2017

Defying World Chapter 27

Chapter 27  

Binatang Setan Alam Panglima Tahap Awal

Suara Kembang Laras terhenti sebelum menyelesaikan kalimatnya, dia berhenti berkata saat menatap wajah Zen Kagendra dari samping, dia tertegun ketika melihat ekspresi Zen Kagendra yang tidak panik dan malah memasang ekspresi menyeringai.

Macan kumbang kuning di depan langsung melompat menerkam ke arah Zen Kagendra, macan kumbang kuning melompat dengan bertumpu kaki belakang, sedangkan kaki depanya mencoba mengarahkan menerkam ke arah Zen Kagendra.

Saat melompat mulutnya terbuka lebar, seakan dia ingin menakuti lawannya dengan menunjukkan beberapa gigi tajam di mulutnya.

“Areeerrrr”, suara macan kumbang kunng mencoba menakuti Zen Kagendra.

Menanggapi serangan macan kumbang kuning, Zen Kagendra berlari ke depan dengan sedikit membungkuk sambil menggenggam pedangnya, pedangnya mengarah menebas angin saat dia berlari menuju macan kembang kuning.

“Diiing”, suara cakar dan pedang bertabrakan.

Tubuh besar macan kumbang bahkan tidak goyah saat bertabrakan dengan pedang Zen Kagendra, tapi kondisi berbeda terjad pada Zen Kagendra, pedang yang masih di genggam tangan Zen Kagendra terpental sedikit ke atas bersama dengan tubuh Zen Kagendra.

Meski pedang Zen Kagendra sedikit terpental ke atas setelah bertabrakan dengan cakar macan kumbang, pedang tidak terlepas dari tanganya Zen Kagendra.

Zen Kagendra telah menggunakan teknik meredam serangan saat pedangnya bertabrakan dengan macan kumbang, oleh karena itu tanganya masih kokoh menggenggam pedang.

Melihat Zen Kagendra tidak terlalu terkena dampak oleh seranganya, macan kumbang kuning kembali melompat menyerang Zen Kagendra, kali ini dia hanya mengandalkan serangan gigitanya karena lompatanya bertumpu pada kedua kaki depanya.

“Arreerrrr..”

Kepala macan kumbang kuning sudah melesat ke arah perut Zen Kagendra, seranganya terfokus untuk mengoak bagian perut Zen Kagendra.

Melihat macan kumbang kuning macan kumbang kuning membuka rahangnya untuk menggigit perutnya, Zen Kagendra menggunakan tangan kirinya untuk menurunkan sudut serangan kepala macan kumbang kuning.

Kedua kaki Zen Kagendra terangkat dan sekarang dia menggunakan berat tubuhnya untuk meningkatnya daya pada tangan kirinya untuk mendorong sudut serangan kepala macan kumbang kuning jatuh ke bawah.

“Guuurrggg..”, suara kepala macan kumbang kuning jatuh dan menggerus tanah.

Ketika kepala macan kumbang kuning sudah jatuh ke tanah, Zen Kagendra memutar tubuhnya ke depan, dia melakukan gerakan salto ke depan tepat di atas tubuh macan kumbang kuning.

Saat salto di udara Zen Kagendra melihat target serangan yaotu punggung macan kumbang kuning yang lengah dan segera menebaskan pedangnya pada punggung macan kumbang kuning.

Tapi bagaimana bisa punggung binatang setan Alam Panglima adalah lunak, pedang Zen Kagendra yang ingin menebas punggung macan kumbang kuning bahkan tidak memunculkan bekas sayatan, hanya beberapa bulunya yang jatuh akibat pedang Zen Kagendra.

Merasakan serangan pada punggungnya macan kumbang kuning yang sebelumnya tersungkur di tanah meloncat ke atas dan menggunakan punggungnya untuk menabrak tubuh Zen Kagendra.

“Buk”, punggung macan kumbang kuning menabrak tubuh Zen Kagendra yang sedang di udara dan menerbangkanya ke atas.

Akibat serangan punggung macan kumbang kuning, tubuh Zen Kagendra terbang 6 sampai 7 meter ke udara.

Sementara melihat tubuh lawannya masih terpelanting ke udara, macan kumbang kuning yang sudah mendarat di tanah sudah bersiap untuk melompat ke udara dan menerkam tubuh Zen Kagendra.

Tapi sementara macan kumbang kuning bersiap untuk menerkam tubuh Zen Kagendra yang berada di udara, binatang setan itu lupa bahwa Zen Kagendra tidak sendirian.

“Puuuufff”, suara pisau pendek menyerang rahang bawah macan kumbang kuning.

Sementara mengamati pertarungan Zen Kagendra dan macan kumbang kuning, Kembang Laras tidak sedikitpun lengah, dia sedang menunggu saat yang tepat untuk membantu Zen Kagendra.

Jadi ketika macan kumbang kuning lengah karena bersiap menerkam tubuh Zen Kagendra yang berada di udara, Kembang Laras dengan cepat menebas rahang bawah macan kumbang kuning.

Meski Zen Kagendra sempat mengejek Kembang Laras dengan sebutan ‘gadis bodoh’ itu hanya menggoda, kenyataanya Kembang Laras bukanlah gadis yang bodoh.

Sebelumnya ketika melihat tebasan pedang Zen Kagendra pada punggung macan kumbang kuning bahkan tidak meninggalkan bekas, dia sudah mengambil kesimpulan bahwa dia juga tidak mungkin bisa menembus kulitnya menggunakan pedang pendeknya.

Kembang Laras sangat menyadari kemampuanya jauh di bawah Zen Kagendra, entah itu dalam hal kekuatan ataupun ketajaman teknik serangan.

Oleh karena itu dia segera mengamati bagian tubuh yang bisa di jangkau dan lunak pada tubuh macan kumbang kuning, jadi dia menemukan bahwa rahang kembang kuning adalah bagian tubuh yang bisa di jangkau dan lunak untuk di serang.

Ketika Kembang Laras menyerang, macan kembang kuning berada dalam posisi siap melompat menerkam Zen Kagendra di udara, jadi ketika serangan Kembang Laras menebas rahang bagian bawahnya, kepala dan tubuh bagian macan kembang kuning sedikit terangkat dan terdorong mundur.

Sebelumnya Zen Kagendra yang berada di udara sudah mengatur posisi dan siap untuk menyerang ke bawah dan beradu serangan dengan macan kembang kuning.

Tapi setelah melihat macan kembang kuning sedikit terangkat dan terdorong mundur akibat serangan Kembang Laras, dia tidak mengurangi ketajaman seranganya dan dengan cepat meluncur kebawah.

Tangan kanan Zen Kagendra memegang gagang pedang dengan posisi ujung pedang mengarah ke luar, dia meluncur ke bawah dan menargetkan serangan pada rahang macan kumbang kuning untuk menebas rahangnya secara vertikal sampai ke bagian tengah perut macan kumbang kuning.

“Pppuuuufffff....”, suara daging yang terbelah terdengar di sekitar Kembang Laras dan Zen Kagendra.

“Bbuukk..”

Rahang macan kumbang kuning terbelah lurus sampai tengah perutnya, darah mengalir deras dari luka tebasan pedang Zen Kagendra dan mayatnya jatuh ke tanah.


Tubuh macan kembang kuning beberapa saat menggeliat di tanah dan akhirnya mati.

Selesai menyerang, Zen Kagendra yang sudah mendarat di tanah berjalan ke tubuh macan kumbang kuning untuk mengambil inti binatang setan pada kepala macan kumbang kuning.

Dengan cepat Zen Kagendra berada di samping mayat macan keumbang kuning dan bersiap untuk membelah kepala macan kembang kuning, tapi ketika Zen Kagendra sudah sedikit membelah tubuh macan kumbang kuning, Zen Kagendra merasakan gerakan yang mengarah ke Kembang Laras.

“Awaass...”, Zen Kagendra berteriak ke arah Kembang Laras, yang berjalan mendekatinya.
Share:

0 komentar:

Post a Comment