Tuesday, April 25, 2017

Defying World Chapter 25

Chapter 25


Peringatan?


Mendengar Kembang Laras berbicara, Zen Kagendra yang terlebih dahulu menarik sensor energinya tersenyum pada Kembang Laras, “Mereka baru saja selamat dari situasi hidup dan mati, terlebih lagi mereka kekasih bukan? Bukankah ini hal yang wajar?”

Menanggapi perkataan Zen Kagendra, Kembang Laras tertunduk malu, dan mengangguk.

“Enm, mereka sudah beberapa kali melakukanya, ini memang wajar”

Menanggapi jawaban Kembang Laras, Zen Kagendra berpikir sedikit menggodanya,

“Kau gadis bodoh, kau mengintip mereka? Ku pikir kau wanita terhormat, tapi ternyata”

Selesai berbicara, Zen Kagendra menggeleng dengan masih dengan wajah datar nya.

Menyangka bahwa Zen Kagendra salah sangka tentang dirinya, Kembang Laras langsung menatap Zen Kagendra dan sedikit marah,

“Tidak, aku tidak mengintipnya, hanya saja aku sedikit melihat... tidak tidak.. hanya mendengar”, suara Kembang Laras yang salah tingkah terbata – bata saat mencoba membela diri.

“Itu berarti kau punya mengerti cara melakukanya kan.... beruntungnya, kau bisa menggunakanya untuk bahan refrensi”, kali ini Zen Kagendra sedikit tersenyum dan menggoda Kembang Laras lagi.

“Beruntung gundulmu... refrensi gundulmu... aku belum pernah melakukanya”, Kembang Laras semakin merah dan ekspresinya jengkel menatap Zen Kagendra.

“Ouuuh itu bagus.. ingatlah kau berhutang tubuh padaku...”, selesai berbicara, Zen Kagendra segera mengarahkan kepalanya ke leher Kembang Laras.

Menanggapi serangan seorang pria ke lehernya, Kembang Laras mundur satu langkah dan hampir jatuh, tapi sayangnya saat akan terjatuh, Zen Kagendra menahan pungguh Kembang Laras dengan tanganya dan mendekapnya lebih erat.

“Uuuuhh...”, Kembang Laras merintih karena geli.

Ini pertama kalinya Kembang Laras bertindak begitu jauh dengan seorang anak laki – laki, dia memang telah menjanjikan Zen Kagendra tubuhnya saat memohon agar menyelamatkanya dan teman – temanya, dia hanya bisa pasrah menutup mata dan merintih.

Zen Kagendra sangat teguh, dia terus mendorong wajahnya ke leher putih Kembang Laras dan sesekali mencium leher Kembang Laras.

Tapi bagaimana Zen Kagendra akan berhenti di situ saja, tangan kirinya sedang menahan tubuh Kembang Laras, dan tangan kanannya sekarang sudah menempel ke pundak Kembang Laras, tangan kananya mulai menelusuri tangan kanan Kembang Laras.

Zen Kagendra mulai berpikir untuk melakukan serangan pada dua bukit Kembang Laras, tapi sesaat sebelum dia melakukan serangan, ada sesuatu yang aneh pada tubuh Zen Kagendra.

“dug dug.. dug dug.. dug dug.. dug dug..”, Suara detak jantung Zen Kagendra tiba – tiba mempercepat, dia merasakan tubuhnya sedikit bergetar saat akan mulai melecehka Kembang Laras.

‘Apa ini?? Apa dia punya semacam perlindungan?’, Zen Kagendra berpikir sebentar lalu tiba – tiba melepaskan dan mundur menjauh dua langkah dari Kembang Laras.

Kembang Laras yang sebelumnya sudah pasrah menyadari bahwa Zen Kagendra sudah menjauh darinya, sekarang mulai membuka matanya.

Wajah Kembang Laras masih sangat merah semerah tomat, dia segera berbalik dan melarikan diri menuju gua.

Setelah melihat Kembang Laras yang melarikan diri, Zen Kagendra masih tertegun, ‘Apa itu tadi?’.

Zen Kagendra memutar otaknya sebentar lalu mendapat kesimpulan bahwa mungkin saja itu peringatan alami tubuhnya karena mencoba melecehkan wanita yang seharusnya tidak dia lecehkan.

Mengambil kesimpulan ini, Zen Kagendra hanya menggeleng tersenyum dan berjalan ke arah pakaianya tergantung, dia segera berpakaian dan menyusul Kembang Laras.

Kembang Laras yang sebelumnya sudah berlari terlebih dahulu ke arah gua, berhenti beberapa belas meter dari depan gua, dia sedikit membuat suara berisik untuk memberikan sinyal pada Kembang Asih dan Rahmah Kusdi untuk berpakaian.

Setelah menunggu beberapa saat memastikan bahwa Rahmah Kusdi dan Kembang Asih sudah berpakaian, Kembang Laras dengan sedikit menunduk berjalan ke arah mereka.

Melihat Kembang Laras yang berjalan menunduk, seakan memberikan sinyal pada Kembang Asih dan Rahmah Kusdi, bahwa Kembang Laras tahu apa yang telah mereka lakukan sementara Kembang Laras berada di luar gua.

Meskipun bagian akhir permainan Rahmah Kusdi dan Kembang Asih sudah di rusak oleh Kembang Laras, tapi faktanya bahwa Rahmah Kusdi dan Kembang Asih sudah melakkanya beberapa kali pada malam ini, jadi jika Kembang Laras merusak bagian akhirnya, itu hanya dia anggap sebagai menyelesaikan permainan lebih cepat.

Beberapa saat kemudian, Zen Kagendra berjalan memasuki gua, dia memasang ekspresi wajah acuh sambil berbicara, “Saudara perempuan Kembang Laras, kau bisa mengatakan pada mereka untuk rencana lusa, dan sampai lusa aku akan berada di bagian terdalam gua, jangan ganggu aku”

Ketika Zen Kagendra berbicara pada Kembang Laras, Kembang Laras hanya menunduk dan wajahnya merah, melihat tingkah Kembang Laras yang malu – malu, Rahmah Kusdi dan Kembang Asih saling melirik dan tersenyum.

Meski Kembang Laras merupakan wanita cantik kelas atas, tapi jika di bandingkan dengan Kembang Asih dan Arya Mayang dia tidak berbeda jauh, menurut Zen Kagendra nilai plus dari Kembang Laras adalah malu – malunya dan sifat energiknya.

Setelah berbicara pada Kembang Laras, Zen Kagendra melanjutkan berjalan ke kedalaman gua.

Setelah beberapa puluh meter berjalan masuk ke dalam gua, Zen Kagendra akhirnya duduk bersila dan berposisi bermeditasi, dia segera mengoperasikan metode kultivasi Naga Api Emas dan ketika dia telah mengoperasikanya semua energi alam langsung terserap ke dalam tubuhnya.

Meski Zen Kagendra terus menerus rajin berkultivasi untuk menembus dari Alam Prajurit ke Alam Panglima, tapi itu akan masih cukup sulit.

Bagi seorang pendekar, naik tingkat pada Alam yang sama dan naik alam dari Alam Dasar ke Alam Prajurit adalah hal yang biasa.

Tapi naik alam dari Alam Prajurit ke Alam Panglima adalah hal yang berbeda.

Pada Alam Dasar energi alam yang di serap ke dalam tubuh pendekar akan memperbaiki atau merekonstruksi tubuh, untuk Alam Prajurit energi alam yang di serap oleh tubuh pendekar masih di pergunakan untuk perbaikan atau rekonstruksi tubuh, perbedaanya adalah pada Alam Prajurit kuantitas energi alam yang di serap adalah sepuluh kali lipat dari Alam Dasar. 


Sedangkan pada Alam Panglima, seorang pendekar bisa memunculkan energi internalnya pada tubuh, misalnya seperti aura energi tipis dan keterampilan bela diri yang mengubah suhu tubu, dan untuk alam lebih tinggi perubahan akan lebih signifikan, misalnya seorang pendekar Alam Guru bisa mengirimkan energi tebasan pedang untuk menebas target yang berada beberapa ratus meter di depanya.



Sementara itu di bagian tengah gua, Kembang Laras sedang menjelaskan hal yang dia rencanakan bersama Zen Kagendra untuk lusa kepada Kembang Asih dan Rahmah Kusdi.

Awalnya Kembang Asih dan Rahmah Kusdi khawatir tentang Kembang Laras, tapi melihat antusiasme Kembang Laras untuk meyankinkan mereka, akhirnya mereka berdua menyetujui rencana Kembang Laras.




Share:

0 komentar:

Post a Comment