Monday, April 24, 2017

Defying World Chapter 23

Chapter 23

Gua Seribu Lorong


Melihat Rahmah Kusdi dan Kembang Asih yang berteriak kaget, Kembang Laras hanya tersenyum santai, dia berbicara dengan pelan,

“Dunia ini begitu luas, pasti banyak orang – orang menakjubkan di luar sana”

Kembang Laras berhenti sebentar lalu melanjutkan,

“Aku akan membawakan tuan muda Zen beberapa daging, jika aku tidak kembali dengan cepat, kalian bisa tidur dulu”

Setelah berbicara Kembang Laras mengambil beberapa potong daging dan berjalan ke luar gua untuk menemui Zen Kagendra.

Zen Kagendra masih duduk di atas batu dengan telanjang, tubuhnya basah kuyup oleh guyuran air terjun, wajahnya tampan dan sangat berkharisma bisa membuat seribu ibu muda untuk berharap bahwa dia adalah anaknya.

Zen Kagenda masih mengoperasikan Naga Api Emas, dia menyerap semua energi alam di sekitarnya dan membanjiri energi pada tubuhnya.

Tapi sekarang ada perempuan muda membawa beberapa potong daging panggang sedang mendekatinya.

“Tap, tap, tap, tap”

Wanita itu perlahan mendekatinya dengan santai tapi tiba – tiba langkahnya terhenti.

Kembang Laras yang melihat Zen Kagendra terkejut, dia melihat Zen Kagendra telanjang bulat basah oleh guyuran air terjun, wajah Kembang Laras memerah semerah tomat. M

Dia berjarak beberapa puluh meter dari Zen Kagendra, meski dia tidak melihat bagian intim pria Zen Kagendra, tapi ketika dia mengkomfrmasi bahwa Zen Kagendra sedang telanjang wajahnya semakin merah.

Zen Kagendra yang sebelumnya bermeditasi sudah menyadari kedatangan Kembang Laras,

“Ada apa?”, Zen Kagendra berkata dengan acuh, wajahnya tidak menoleh ke arah Kembang Laras sama sekali

Mata Kembang Laras tidak berani melihat Zen Kagendra, wajahnya masih tetap merah dan dia menjawab, “Ini sudah malam jadi aku sedikit khawatir karena tuan belum makan, jadi aku membawakanmu beberapa potong daging panggang”

Mendengar jawab Kembang Laras, Zen Kagendra hanya tersenyum, “Baiklah, kemarilah dan letakkan daging itu di sana, ada yang ingin ku bicarakan denganmu”

Kembang Laras bingung, berpikir apa yang akan Zen Kagendra bicarakan padanya, tapi dia menelan kebingunganya dan hanya mengangguk.

Dia melangkah beberapa langkah ke depan dan meletakkan daging panggang di tanah, sebelumnya dia sudah memberikan sebuah daun jati untuk alas meletakkan daging.

Setelah meletakkan daging, Kembang Laras maju beberapa langkah lagi mendekati Zen Kagendra, setelah hanya beberapa meter dari Zen Kagendra, Zen Kagendra menoleh ke arahnya.

“Apa kau murid dalam perguruan Menggebrak Bumi?”, tanya Zen Kagendra

Kembang Laras mengangguk, “Enm”

Melihat anggukan Kembang Laras, Zen Kagendra tersenyum dan kembali bertanya, “Bisa kau katakan padaku, kapan tes masuk murid dalam dilaksanakan?”

“Tes Murid dalam dilaksana 7 bulan lagi, apa tuan ingin mengikuti tes masuk murid dalam perguruan Menggebrak Bumi?”, tanya Kembang Laras penasaran.

“Benar, aku akan mengikuti tes 7 bulan lagi”, Zen Kagendra menjawab dengan santai.

Mata Kembang Laras melebar cerah, dia tersenyum dan berbicara,

“Jika tuan menjadi murid dalam perguruan Menggebrak Bumi, aku rasa perguruan Menggebrak Bumi akan naik di atas langit pada kompetisi Laskar Pendekar tahun depan”

Zen Kagendra yang mendengarkan Kembang Laras sedikit mengerutkan kening,

“Laskar Pendekar? Apa itu? Bisa jelaskan padaku?”

Kembang Laras hanya tersenyum lagi menjeleaskan,

“Laskar Pendekar adalah kompetisi pertempuran yang di pelopori lima perguruan bela diri di benua Andalas, lima perguruan ini bernama perguruan Menggebrak Bumi, perguruan Kapak Emas, perguruan Pendekar Sakti, perguruan Hati Murni dan perguruan Badak Bertanduk, meski di katakan di pelopori oleh lima perguruan benua andalas, tapi pesertanya tidak terbatas untuk murid perguruan saja, semua orang bebas untuk mengikuti kompetisi, asalkan usia peserta di bawah dua puluh lima tahun”

Kembang Laras diam sejenak lalu melanjutkan, “Dengan kemampuan tuan, mendapat hasil yang baik pada kompetisi Laskar Pendekar ku rasa bukan hal yang sulit”

Setelah mendengarkan Kembang Laras berbicara, Zen Kagendra hanya tersenyum,

“Sudahlah itu masih lama, untuk sementara aku hanya ingin memasuki murid bagian dalam perguruan Menggebrak Bumi, bagaimana posisimu di perguruan?”

Menanggapi pertanyaan Zen Kagendra, Kembang Laras hanya menunduk bingung, tapi melihat Zen Kagendra yang terus menatapnya, dia tidak punya pilihan lain selain menjawab,

“Tuan pasti sudah tahun bahwa perguruan Menggebrak Bumi di bagi menjadi murid bagian luar, bagian dalam dan murid inti, dan aku adalah murid inti perguruan Menggebrak Bumi, sedangkan untuk kedua temanku, mereka adalah murid bagian dalam perguruan Menggebrak Bumi.”

Zen Kagendra sedikit mengerutkan kening, “Apa kau serius? Bagaimana seorang murid inti yang seharusnya di perlakukan sebagai harta oleh perguruan di biarkan berpetualangan ke hutan sendiri dan hampir berakhir di perkosa?”

Kembang Laras mendengar kalimat yang dikatakan Zen Kagendra, dia tampak lesu dan menggigit bibirnya, dia bingung untuk menjawab pertanyaan Zen Kagendra.

Memang benar bahwa seorang murid inti perguruan seharusnya di perlakukan sebagai harta, dalam kondisi normal bagaimana bisa seorang murid inti di biarkan sendirian berpetualang tanpa pengawal, apalagi sebelumnya jika Zen Kagendra tidak datang, dia hanya akan berakhir di perkosa oleh pria.


Melihat Kembang Laras yang kebingungan menjawab pertanyaanya, Zen Kagendra mengerutkan alisnya lagi dengan wajah penasaran, dia kembali menanyakanya lagi,

“Ada apa?”

Kembang Laras menggigit bibirnya dan melihat wajah Zen Kagendra, dia akhirnya berbicara,

“Tuan, aku adalah murid inti, tapi sebenarnya aku diam – diam pergi dari perguruan untuk menemuka warisan keluargaku Gua Seribu Lorong, keluarga Kembang ku sedang di ambang pemusnahan karena di intimindasi oleh keluarga Adi, jadi aku butuh kekuatan untuk melawan keluarga Adi, itulah sebabnya aku mencari warisan nenek moyangku”

Saat berbicara mata Kembang Laras sedikit berkaca – kaca, seakan mau menangis.

Tapi Zen Kagendra masih sedikit bingung, dia kembali bertanya, “Kau adalah murid inti, bukankah hal yang mudah untuk meminta bantuan guru di perguruan mu?”

“Kepala keluarga Adi adalah Adi Hamsi, dia adalah ayah Adi Zamsi dan salah satu petinggi yang bisa dikatakan sebanding dengan kepala perguruan Menggebrak Bumi, sedangkan guruku hanyalah wakil kepala perguruan Menggebrak Bumi, Sam Ajin, tentunya guruku tidak bisa berbuat banyak”, Kembang Laras terus melihat kebawah karena takut air matanya di lihat Zen Kagendra.

Meski Zen Kagendra tidak melihat mata berair Kembang Laras, karena Kembang Laras terus menerus melihat ke bawah, tapi Zen Kagendra masih bisa menebak bahwa dia sudah menangis karena mendengar suaranya tersedak – sedak saat berbicara.

Memikirkan apa yang barusan di katakan Kembang Laras, dia sedikit kasihan, wajah Kembang Laras sedikit lebih cantik dari Arya Mayang, tubuhnya juga lebih bahenol dari Arya Mayang dua tahun lalu.

Saat menceritakan kejadian keluarganya, dia juga selalu menangis, menandakan bahwa hatinya sangat lembut dan kasih sayang, dia tidak ingin sesuatu terjadi pada keluarganya.

Seorang perempuan cantik bertubuh indah dan hati bagai permata yang bersih, bisa saja membuat laki – laki berbaris ratusan kilometer untuk melamar menjadi suaminya, tapi perempuan ini sekarang sedang menangis di depanya.

Zen Kagendra sedikit terganggu dengan tangisanya, dia berkata dengan wajah acuh,

“Apa tingkat kultivasi Adi Hamsi?”

Mendengar tanya Zen Kagendra, Kembang Laras mengangkat kepalanya dan matanya melebar bercahaya.
 
 
 
Note SN : Woe Vangkee... jangan di baca doang, komen kek, share kek, ngomong apa kek di chatango, anjer, pembaca macam apa ente - ente semua neh, yang view per chapter sampek ratusan, yg coment Nol, Nih bantu Like Fanspage FB Disini
 
 
Share:

0 komentar:

Post a Comment