Sunday, April 23, 2017

Defying World Chapter 21

Chapter 21

Memohon


Melihat Zen Kagendra menghadang jalanya, dia memperhatikan Zen Kagendra sejenak, tingkat kultivasinya tidak bisa terlihat tapi anak laki – laki di depanya jelas hanya seorang bocah, Adi Zamsi mengerutkan kening, dia sudah tidak sabar untuk memuaskan nafsunya.

Sebelumnya dia sudah mengejar Kembang Laras dan kelompoknya sangat jauh ke hutan, dia sampai membayar beberapa pengikut untuk memastikan kelancaran rencananya.

Tapi begitu dia sudah mendapatkan hadiah dari jerih payahnya, tiba – tiba ada seorang bocah yang bahkan belum berumur 10 tahun bahkan menghalangi langkah terakhirnya.

Adi Zamsi yang sudah tidak sabar, berteriak kepada Zen Kagendra,

“Minggirlah bocah, minggir atau mati cep--”, sebelum Adi Zamsi menyelesaikan kalimatnya dia berhenti dan melihat lehernya.

Sebuah aliran darah terlihat di leher Adi Zamsi, mata Adi Zamsi melebar dan ketika dia melihat Zen Kagendra lagi, Zen Kagendra sudah berada di sampingnya sambil memegang pedang yang ada sedikit bekas darah, dia sangat yakin bahwa bekas darah yang ada di pedang adalah darahnya.

“Kau.. Kau...” ‘Bruk’

Adi Zamsi langsung runtuh ke tanah, tebasan di lehernya sangat dalam, itu sekitar 2/3 dari leher sudah terpotong.

Melihat Adi Zamsi yang sudah tergeletak dengan leher hampir putus, Zen Kagendra berbicara dengan acuh,

“Seorang sampah berani mengancamku, bahkan jika kau adalah dewa, aku masih akan memenggal kepalamu”

Setelah Zen Kagendra menyelesaikan kalimatnya, Kembang Laras bangun dari rasa shock, Kembang Laras sedang berada tepat di belakang Adi Zamsi, tapi dia bahkan tidak bisa bereaksi, serangan Zen Kagendra terlalu cepat.

Adi Zaqi berada sekitar beberapa puluh meter dari lokasi mayat Adi Zamsi, dia sebelumnya bertugas menyandera Rahma Kusdi dan Kembang Asih bergetar shock, pembunuhan itu terlalu cepat, saudaranya Adi Zamsi yang berada pada Alam Prajurit tingkat 7 benar – benar di bunuh oleh seorang bocah.

Jika berita itu tersebar keluar, bagaimana akan terkenal bocah itu? Akan bocah itu di anggap sebagai genius? Atau bahkan renkarnasi dewa?

Pikiran Adi Zaqi di penuhi dengan pertanya – pertanyaan tapi dia langsung sadar oleh suara Zen Kagendra, “Kalian punya lima detik untuk pergi, atau bahkan kalian tidak memiliki kesempatan pergi sama sekali”

Mendengar Zen Kagendra berkata menyuruh mereka pergi, Kembang Laras langsung berlutut di depan Zen Kagendra sambil menangis.

“Tuan, aku mohon, aku mohon, selamatkan kami, jika kau membiarkan-“

“Pergi”, Ketika Kembang Laras belum menyelesaikan kalimatnya, suara Zen Kagendra sudah kembali menggema di telinganya.

“Tuan, aku mohon, aku akan membayarmu, berapapun yang ku mau keluargaku akan mencukupinya, tolong tolong”, Kembang Laras masih terus memohon sambil menangis menjerit, dia juga membenturkan kepalanya ke tanah.

Menanggapi Kembang Laras yang berlutut di tanah, Zen Kagendra hanya menyeringai,

“Apa Kau pikir uang ada artinya di mataku?”

Kembang Laras masih menangis dan berlutut di tanah, tapi setelah mendengar Zen Kagendra berbicara, sekarang dia mengejang.

Memang untuk seorang pendekar kuat, uang bukanlah hal yang penting, tapi apalagi yang bisa dia tawarkan? Dia tidak bisa memikirkan benda apapun yang biasanya di inginkan seorang pendekar kuat.

Tapi tiba – tiba Kembang Laras menajamkan tekatnya, dia menggigit bibirnya lalu berbicara, “Tuan, apapun.. apapun.. aku akan memberikan padamu bahkan tubuhku ini akan menjadi milikmu, jadi toloong.. selamatkan teman – temanku”

Ketika Kembang Laras mengatakanya dia sudah tidak punya pilihan lain, dia hanya akan mengandalkan setiap harapan yang dia punya untuk membujuk Zen Kagendra.

Mendengar tawaran Kembang Laras yang masih berlutut di depanya dia menyeringai dan berkata. “Gadis bodoh”

Tapi setelah itu tangan Zen Kagendra melempar empat pisau ke arah Adi Zaqi dan tiga orang lainya.

“Shoouu...”

“Shoouu...”

“Shoouu...”

“Shoouu...”

Ketiga orang yang di bayar Adi Zamsi untuk membantu menyergap Kembang Laras tidak bisa bereaksi pada waktunya, dan pisau menembus kepala mereka.

“Aahhhh..”, ketiga orang berteriak hampir bersamaan saat merasakan pisau sudah menancap di kepalanya.

Tapi hal yang berbeda terjadi pada Adi Zaqi, dia sedikit beruntung karena bisa bereaksi pada pisau dengan cepat.

“Ding”, pisau di tangkis oleh Adi Zaqi.

Setelah pisau terpental, tubuh Adi Zaqi mundur beberapa langkah dan siap untuk melarikan diri, dia yakin tidak mempunyai harapan jika bertarung dengan Zen Kagendra, maka dari itu pilihan terakhirnya hanya melarikan diri dan mengimformasikan ini pada petinggi keluarganya.

Tapi bagaimana bisa Zen Kagendra membiarkan Adi Zaqi melarikan diri, dengan cepat ada sosok hitam berkelebat di depan Adi Zaqi, Adi Zaqi yang masih mengarahkan matanya ke arah belakang untuk mengawasi Zen Kagendra, tiba – tiba kaget bahwa Zen Kagendra sudah berdiri di depannya.

Zen Kagendra yang memegang pedang, langsung mengayunkan pedangnya ke arah leher Adi Zaqi dan “puufff..” pisau memenggal kepala Adi Zaqi, kepala adi Zaqi terbang lepas dari lehernya dan mendarat di tanah.

Melihat ke lima mayat yang dia bunuh, Zen Kagendra berjalan ke setiap mayat untuk mengambil gelang penyimpanan mereka, setelah mengambil gelang penyimpanan, Zen Kagendra sudah berdiri kembali di samping Kembang Laras.

“Aku sudah membunuh mereka semua, urus mayatnya, dan bantu temanmu untuk memasuki gua”

Selesai berbicara Zen Kagendra berjalan memasuki bagian paling dalam gua untuk menghitung hasil rampasanya.

Melihat situasi yang sudah aman Kembang Laras bisa bernafas lega, mengurus mayat lebih baik dari pada harus membiarkan temanya di bunuh oleh Adi Zamsi atau Adi Zaqi.

Dengan cepat Kembang Laras membuang mayat ke lima orang ke hutan, ketika mayat di tinggalkan di hutan hanya satu yang akan terjadi yaitu mayat akan di makan binatang setan dan habis tidak tersisan.

Setelah mengurus mayat, Kembang Laras mengangkat Rahma Kusdi dan Kembang Asih ke dalam gua, dia membaringkan mereka berdampingan dan memberikan obat penyembuh untuk di telan.

Dengan kondisi teman – temanya dan efektifitas obat, mereka paling cepat bisa meninggalkan gua Zen Kagendra pada lusa. 
 
 
 
Share:

0 komentar:

Post a Comment