Sunday, April 23, 2017

Defying World Chapter 20

Chapter 20

Anggap Saja Hanya Orang Lewat


Hari – hari berlalu, sudah hampir dua tahun sejak Zen Kagendra masuk gunung.

Langit telah sedikit redup dan malam akan tiba, terlihat ada seorang anak laki – laki duduk bermeditasi disamping tubuh tak bernyawa harimau putih.

Anak laki – laki ini berumur sekitar 9 tahun, meski hanya 9 tahun ketika orang mengamatinya lebih dekat, mereka akan sangat terkejut melihat tingkat kultivasinya sudah berada pada Alam Prajurit tingkat 10, siapa yang berpikir bahwa anak tampan ini sudah sangat – sangat kuat ketika umurnya bahkan belum menyentuh 9 tahun, meski pakaianya penuh darah tapi itu tidak menutupi ketampanan wajahnnya, anak laki – laki ini adalah Zen Kagendra.

Sejak hampir dua tahun lalu dia sudah bertarung tanpa henti dengan binatang setan di lapisan luar gunung kelud.

Setelah beberapa menit berkultivasi dan menyerap inti binatang setan di tanganya, Zen Kagendra perlahan membuka matanya,

“Sudah hampir satu tahun, aku sudah menembus Alam Prajurit tingkat 10, ditambah lagi dengan keterampilan 9 Dinding Tubuh Permata sudah menembus ke tahap 6, semua yang berada di bawah Alam Panglima tahap ke 5 bukanlah lawanku”

Saat berbicara pelan, Zen Kagendra juga tersenyum samar, keputusanya untuk berlatih di alam terbuka dan bertempur dengan binatang setan untuk memaksimalkan potensi tubuh bukanlah hal salah.

“Tapi di lapisan luar sudah sedikit terlalu lemah untukku, aku akan masuk lapisan tengah gunung besok”, setelah Zen Kagendra berbicara, dia memasukkan tubuh harimau putih ke gelang penyimpananya dan setelah itu dia berjalan menuju gua tempatnnya tinggal selama dua tahun ini.

Setelah beberapa saat berjalan santai, ketika tinggal 1 Km jarak Zen Kagendra dari gua, Zen Kagendra tiba – tiba berhenti, dia merasakan ada delapan orang yang sedang bertarung di depan gua miliknya.



Sementara itu di depan gua ada lima orang pemuda berbaju hijau bertarung melawan satu pemuda dan dua wanita cantik, mereka semua terlihat seperti remaja berumur 14 sampai 16 tahun ke tiga pemuda berbaju hijau berada pada Alam Prajurit tingkat 4 dan dua pemuda berbaju hijau berada di Alam Prajurit tingkat 6.

Sedangkan seorang pemuda yang bertarung mendukung dua perempuan berada pada Alam Prajurit tingkat 4 dan dua perempuan berada pada Alam Prajurit tingkat 5.

“Hahahah, Kembang Laras kemarilah bergoyanglah sebentar denganku dan aku akan membiarkanmu lolos hari ini”, seorang pemuda pada Alam Prajurit tingkat 6 tertawa saat menyerang wanita bernama Kembang Laras.

Kembang Laras yang mendengar ini langsung wajahnya berubah hijau, dia marah berteriak, “Jangan bermimpi, kalian keluarga Adi memang kurang ajar, sengaja mengikuti kami dan menyergap kami”

“Hahahahaha aku tidak akan berbicara banyak, hanya saja jika kau terus menolak, maka adik juniormu dan saudaramu akan menemanimu mati disini”, setelah berbicara seorang pria bernama Adi Zaqi yang sedang melawan pendekar perempuan lainya, memukul perut lawan perempuanya.

“Aaahhhh..”, suara teriakan dari pendekar perempuan terdengar dan saat berikutnya dia jatuh ke tanah.

“Kembang Asih”

“Saudara Kembang Asih”

Suara dari Kembang Laras dan pendekar pria yang melawan lima pendekar laki – laki berbaju hijau berteriak.

“Hahahahah, Kembang Laras kau benar – benar tidak akan merubah pikiranmu? Atau aku perlu lebih kasar?”, Adi Zamsi yang bertarung melawan Kembang Laras kembali berteriak ke arahnya

“Mengapa kau melakukan ini?”, Kembang Laras yang sudah terpojok merasa tidak punya pilihan, dari matanya mulai mengalir air yang membasahi pipinya.

“Kau bertanya mengapa?? Ahahaha, kau sudah menolak cintaku dan mempermalukanku saat di kedai dan kau masih tanya mengapa? Zaqi, lumpuhkan kultivasi perempuan itu”, Adi Zamsi berbicara sambil menyeringai.

“Ya, Saudara”, Adi Zaqi langsung meluncur untuk memukul dantian Kembang Asih yang sedang tak berdaya di tanah.

“Jaaangaan....”, seorang pria yang bertarung bersama Kembang Laras dan Kembang Asih meluncur mencoba memblokir serangan Adi Zaqi dengan tubuhnya.

Adi Zaqi yang melihat gerakan tiba – tiba pemuda itu tiba – tiba mebelokkan arah pukulanya ke arah dada pemuda itu.

“Baaanngg...”, suara pukulan itu menggema, pemuda itu terlempar belasan meter ke belakang.

“Rahma Kusdi”

“Kusdiii..”

Kembang Asih dan Kembang Laras berteriak hampir bersamaan, Rahma Kusdi yang telah terbang setelah terkena pukulan langsung jatuh dan pingsan.

Kembang Laras benar – benar panik melihat Rahma Kusdi dan Kembang Asih tergeletak di tanah, meski Kembang Asih juga tergeletak di tanah tapi dia masih sadar meski dia tidak bisa bergerak.

Melihat gerakan tiba – tiba Rahma Kusdi, Adi Zamsi sebelumnya sedikit merasa kaget tapi setelah dia melihat ekspresi Kembang Laras, Adi Zamsi mulai tersenyum kembali.

Adi Zamsi menyeringai dan berkata, “Kembang Laras, apa kau masih tidak ingin menyerah?”

Kembang Laras yang sudah terpojok dan tidak mempunyai pilihan menangis, dia mentap saudara dan juniornya yang tergeletak di tanah.

“Jika aku menuruti keinginanmu, akan kah kau akan melepaskan kami?”, Kembang Laras menjawab sambil menggigit bibirnya.

“Tentu saja, tidak masalah, lagi pula aku yakin setelah hari ini, kau yang akan meminta padaku, percayalah aku jago dalam permainanku, heheheh”

Adi Zamsi berhenti sejenak lalu kembali bertanya, “Lalu apa itu berarti kau sudah setuju?”

Kembang Laras menutup matanya, pipinya masih basah dan pikiranya bingung, tapi dia tidak punya pilihan lain, dai tidak ingin mengorbankan saudaranya dan juniornya.

“Enm”, Kembang Laras mengangguk

Meski dia mengangguk hatinya merasa sakit, memberikan kesucianya kepada orang lain yang tidak di cintai, bagi pria melakukanya pada siapapun mungkin bisa dianggap hal yang biasa, tapi untuk perempuan polos seperti Kembang Laras itu seperti membunuh jiwanya dan hanya meninggalkan tubuhnya yang hidup.

“Hahahahah perempuan pintar, kemarilah.. ayo bersenang – senang di gua sana, kalian semua jaga mereka berdua dan perlakukan mereka dengan baik, hehehe”, Adi Zamsi menarik lengan Kembang Laras dan menuju ke arah gua di depanya.

Saat Adi Zamsi dan Kembang Laras akan memasuki gua, ada sekelebat sosok hitam yang dengan cepat dari belakang mereka, sosok itu tiba dan berhenti di depan gua.

Adi Zamsi yang sudah tidak sabar dengan Kembang Laras mengerutkan kening, “Hmm, siapa kau? Kenapa kau menghalangi kami?”

Sosok itu mentap Adi Zamsi dengan tersenyum, dia adalah Zen Kagendra.

“Maaf.. anggap saja aku hanya orang lewat, tapi ini gua ku, aku masih akan menggunakanya semalam lagi, bisa kalian pergi dan kembali besok?”

Sebelumnya Zen Kagendra acuh terhadap pertempuran mereka, tapi dia segera ikut campur saat melihat Adi Zamsi menarik lengan Kembang Laras ke arah gua miliknya. Tentu dia juga tidak akan rela melihat gua miliknya di gunakan seorang pria untuk memekorsa gadis, tapi itu hanya bagian kecil dari alasanya, alasan utamanya adalah dia tidak ingin orang lain menganggu barang – barangnya.
 
 
 
Share:

0 komentar:

Post a Comment