Sunday, April 23, 2017

Defying World Chapter 19

Chapter 19

Terobosan Tahap Ke Empat, 9 Dinding Tubuh Permata

Pemimpin serigala biru gelap menatap tajam pada Zen Kagendra, di samping dan belakang Zen Kagendra telah tergeletak mayat serigala biru gelap mati.

Wajah serigala biru gelap benar – benar ingin mencabik – cabik Zen Kagendra, tapi Zen Kagendra bisa membunuh tiga serigala biru gelap lain dalam sekejap, pemimpin serigala biru gelap tidak mau gegabah.

Zen Kagendra yang pertama menyerang, dia berlari ke depan dengan keterampilan Bayangan Hantu dan dengan sekejap dia berada di samping pemimpin serigala biru gelap.

Melihat Zen Kagendra sudah berada di sampingnya, pemimpin serigla biru gelap langsung meloncat ke arah Zen Kagendra agar Zen Kagenda tida memiliki waktu untuk mengayunkan pedangnya.

Zen Kagendra yang awalnya ingin menggunakan kakinya untuk menendang serigala biru gelap, tapi saat melihat reaksi serigala yang sedikit lebih cepat dari dugaanya, dia menggerakkan kakinya kekiri dan sedikit merubah posisi pedangnya dengan pergelangan tanganya, Zen Kagendra langsung melesat maju mengarahkan pedangnya ke arah mulut serigala biru gelap yang terbuka.

“Puuuuffff”, suara tebasan pedang Zen Kagendra menembus mulutnya secara horisontal dan terus maju untuk membelah tubuh pemimpin seriga biru gelap menjadi dua.

“Tap”

“Buk.. Buk..”

Sesaat setelah kaki Zen Kagendra mendarat dari lompatanya, tubuh pemimpin serigala biru gelap yang sudah terbelah menjadi dua jatuh ke tanah.

Zen Kagendra berbalik memandang lima mayat binatang setan yang mati di tanah, dia tersenyum lalu berjalan ke setiap binatang setan untuk mengambil inti binatang setan dari kepala mereka.

Setelah dia mengambil inti binatang setan, dia memasukkan ke lima tubuh binatang setan ke salah satu gelang penyimpanan tuan muda kerajaan Dharma, pada setiap tubuh binatang setan memang tidak semahal inti binatang setan, tapi meski begitu masih banyak orang yang akan membeli tubuh binatang setan, dengan begitu dia hanya perlu menyimpan tubuh binatang setan pada cincin penyimpanan dan akan menjualnya ketika dia keluar gunung.

Setelah memasukkan ke lima tubuh binatang setan mati ke dalam cincin penyimpananya, Zen Kagendra segera mengambil lahan kosong yang bersih untuk duduk bersila dan bermeditasi.

Dia bermeditasi dan menggenggam lima inti binatang setan di tanganya, dia mengoperasikan Naga Api Emas dan seperti biasanya dia mulai menyerap inti binatang setan dan energi alam di sekitarnya masuk ke dalam tubuhnya.

26%.... 30%.... 34%.... 38%.... 42%.... 46%.... 50%.... 54%.... 58%.... energi di dalam tubuh Zen Kagendra naik secara singkat, tidak hanya berhenti disitu ada tekanan energi yang muncul dari dalam tubuh Zen Kagendra.

“Clack”

Suara terdengar dari dalam tubuh Zen Kagendra, dia menerobos keterampilan tubu 9 Dinding Tubuh Permata dan mencapai tahap ke empat.

“Untuk hari ini lumayan, tidak hanya kultivasiku naik secara signifikan, tapi aku juga menerobos tahap emap keterampilan 9 Dinding Tubuh Permata”

Zen Kagendra berfikir ini sambil tersenyum, saat berkultivasi dia tidak hanya mengoperasikan metode kultivasi Naga Api Emas tapi dia juga mengoperasikan keterapilan 9 Dinding Tubuh Permata.

Secara bersamaan mengoperasikan keterampilan 9 Dinding Tubuh Permata saat berkultivasi Naga Api Emas tidak terlalu memberikan dampak lambat pada penyerapannya, karena Zen Kagendra telah membagi komposisi untuk setiap keterampilan, dan untuk keterampilan 9 Dinding Tubuh Permata dia hanya menggunakan energi kultivasi untuk menerobos, karena pada saat bertarung sengit itu sudah meningkatkan keterampilan 9 Dinding Tubuh Permata.

Memang peningkatan kekuatan Zen Kagendra juga di pengaruhi oleh inti binatang setan, karena itu juga merupakan fakta bahwa lima inti binatang setan Alam Prajurit bukan merupakan jumlah yang sedikit untuk beberapa orang.

Jika itu di jual di pasar harganya akan sekitar 50.000 Keping emas, bahkan untuk anggota keluarga kerajaan itu bukanlah jumlah uang yang sepele.

Setelah cukup puas dengan hasil panen hari ini, Zen Kagendra melihat langit yang telah sedikit redup menandakan bahwa malam akan segera datang.

Dia baru memasuki gunung hari ini, jadi dia belum menemukan untuk dirinya tinggal untuk selama tiga tahun mendatang.

Zen Kagendra segera bangkit dari posisinya dan berjalan masuk ke dalam hutan untuk menemukan tempat atau gua tempat tinggal.

Setelah berjalan beberapa kilometer, Zen Kagendra menemukan sebuah gua di samping air terjun yang deras mengalir walau saat ini adalah musim kemarau.

Sambil mengamati daerah sekitar Zen Kagendra tersenyum melihat air terjun di depan gua

“Ini indah”, Zen Kagendra berbicara sendiri sambil tersenyum.

Setelah itu dai melangkah memasuki gua dan mengamati daerah gua.

Gua itu mempunya dia meter lubang sekitar 5 sampai meter dan dalamnya sekitar 30 sampai 35 meter, lantai gua merupakan batu dan bukanlah tanah, dengan sekilas dia tahu bahwa gua ini adalah gua buatan.

Di depan gua ada beberapa gua lainya tapi kondisinya jauh lebih kotor, Zen Kagendra hati – hati mengamati setiap gua dengan dia mengaktifkan sensor energi jiwanya yang bisa mendeteksi setiap gerakan pada radius 300 m.

Setelah mengkomfirmasi bahwa area sekitar aman, Zen Kagendra langsung mengeluarkan tikar dari gelang penyimpananya.

Sebelumnya dia telah menyiapkan hal – hal untuk hidup di alam terbuka selama beberapa tahun, jadi dia sudah sangat siap.

Setelah membersihkan daerah gua dan menggelar tikarnya, Zen Kagendra menuju air terjun dan bersiap mandi, dia melepas semua pakainya dan melompat ke air.

“Byuuurr...”

Suara percikan air saat Zen Kagendra melompat ke sungai terdengar.

“Ahhh ini segar, sepertinya aku akan menjadikan sungai sebagai salah satu tempat berkultivasi”

Dengan tubuhnya yang basah kuyup, Zen Kagendra mulai membersihkan dan menggosok setiap bagian tubuhnya, hari ini dia cukup berkeringat dan kental bau darah binatang setan, setelah membersihkan tubuhnya, Zen Kagendra mengambang di atas sungai sambil memejamkan mata.

Meski dengan kenyamanan yang berikan oleh aliran air sungai yang membuat matanya mengantuk, Zen Kagendra terbangun dan mulai mengoperasikan Naga Api Emas dan mulai berkultivasi.

Zen Kagendra berkultivasi di sungai selama berjam – jam sampai hampir tengah malam, ketika dia sudah hampir lupa untuk keluar dari sungai, dia perlahan mulai membuka matanya.

Berada di tengah sungai sampai malam bukanlah hal baik, tapi juga tidak akan mengakibatkan apapun untuk pendekar bela diri. Setelah keluar dari sungai Zen Kagendra langsung mengeluarkan pakaian baru dan memakainya, sedangkan untuk pakainya tadi dia hanya perlu merendamnya dan menggantungnya di depan gua, dengan begitu pakaian akan bisa di gunakan setelah kering.
 
 
 
Share:

0 komentar:

Post a Comment