Saturday, April 22, 2017

Defying World Chapter 16

Chapter 16

Perpisahan


Setelah Zen Anjani dan Zen Ananta pergi keluar dari kamar Zen Kagendra, hanya seorang wanita yang memakai pakaian lengan panjang berwarna biru bermotif garis yang tetap duduk bersila dengan wajah menunduk di depan Zen Kagendra.

“Saudara perempuan Arya Mayang, ada apa?”, Zen Kagendra bertanya tanpa ekspresi

“Tidak apa – apa”, Arya Mayang menggeleng dan kepalanya masih menunduk

Zen Kagendra yang mendengar jawaban Arya Mayang sedikit bingung, lalu dengan keinginan untuk menggoda Arya Mayang terlintas di pikiran Zen Kagendra.

“Hei, kau lebih tua dariku, jangan membuat drama anak – anak di depanku”

Suara Zen Kagendra dengan nada jahatnya terdengar ke telinga Arya Mayang, saat ini tiba – tiba kepala Arya Mayang yang sebelumnya menunduk menatap lantai, bangkit menatap tajam ke arah Zen Kagendra.

“Aku hanya tiga tahun lebih tua darimu, jangan mengatakan seolah aku adalah orang yang sangat tua”, Arya Mayang menanggapi dengan ekspresi jengkel

“Lalu apa kau sudah mau mengatakan, apa yang ingin kau katakan?”, Zen Kagendra menyerang Arya Mayang lagi dengan pertanyaan.

Mengetahui niat asli Zen Kagendra untuk memancingnya berbicara, Arya Mayang hanya kesal pada diri sendiri karena telah terjebak, wajahnyalangsung merah dan tergagap, “Tidak ada hal penting, hanya saja besok kau akan pergi-“

Sebelum Arya Mayang menyelesaikan kalimatnya, Zen Kagendra sudah tersenyum jahat dan berkata, “Lalu aku tau, kau pasti merasa kehilangan?”

Sesaat setelah berbicara, tangan Zen Kagendra sudah membelai pipi Arya Mayang dan jari – jarinya berlari ke arah telinga Arya Mayang.

Saat ini belaian tangan Zen Kagendra di tanggapi dengan ekspresi wajah lucu yang di buat oleh Arya Mayang, dia tidak menolak tapi wajahnya merah karena malu. Dia ingin menggunakan sedikit kesempatan ini untuk melupakan bahwa besok Zen Kagendra akan meninggalkan kerajaan Zen.

Melihat Arya Mayang tidak menolak, tubuh Zen Kagendra maju ke depan dan mendorong tubuh Arya Mayang berbaring di lantai, setelah Arya Mayang tertindih Zen Kagendra di lantai, wajah Zen Kagendra mulai mendekat ke arah leher Arya Mayang dan mencumbu bau tubuh Arya Mayang.

Wajah Arya Mayang merah tapi dia masih tidak menolak, “Uhh.. uuhh..”, suara desahan geli kecil bersuara dari mulut imut Arya Mayang.

Mendengar suara geli Arya Mayang, Zen Kagendra menjadi lebih bersemangat dan dia tersenyum, tanganya mulai berlari ke arah dalam pakaian Arya Mayang, tanganya mulai membelai lembut seua bagian dada mungil Arya Mayang.

Arya Mayang hanya berusia 10 tahun dan fisiknya belum tumbuh dengan sempurna, tapi dia sudah mendapatkan kelas awal menjadi wanita dari Zen Kagendra, itu merupakan hal yang berada di luar dugaanya.

Siapa yang akan berpikir anak laki – laki berusia tujuh tahun melakukan hal tersebut pada anak perempuan yang tiga tahun lebih tua darinya, setiap orang pasti akan berfikir ‘siapa yang mengajarinya?’

Sayangnya untuk Zen Kagendra tidak pernah belajar, dia hanya mengikuti keinginan liarnya saja, dan lagi Arya Mayang tidak berusaha menolaknya.

Tangan Arya Mayang yang sebelumnya mencengkeram bahu Zen Kagendra mulai membebaskan bahu Zen Kagendra, tanganya berlari ke belakang tubuh Zen Kagendra dan memeluknya.

Zen Kagendra terus menyium semua leher Arya Mayang, dia juga menghembuskan nafas – nafas hangat nakal ke telinga Arya Mayang.

Tapi ketika Arya Mayang mulai pasrah pada keadaan, tiba – tiba telinga Arya Mayang mendengar suara bisikan.

“Wajahmu lucu, aku sepertinya menggodamu berlebihan ahahah..”, Zen Kagendra berbicara sambil menjauh dari Arya Mayang dan duduk kembali ketempat sebelumnya.

“Kau.. Kau..”, Arya Mayang yang masih berbaring segera bangun dan merapikan bajunya, wajahnya benar – benar merah seperti tomat.

Dia benar – benar malu dan marah pada Zen Kagendra karena memperlakukanya seperti wanita mainan, dia menatap Zen Kagendra dengan tatapan marah dan malu.

Melihat tatapan Arya Mayang, Zen Kagendra hanya kembali tertawa, “Maaf saudara Arya Mayang, aku tidak tau bagaimana kau menganggapku, tapi percayalah aku bukan orang yang baik, ahahahah”

“Kau jahat Zen Kagendra”, Arya Mayang berdiri dan sedikit berteriak ke Zen Kagendra, selanjutnya dia berlari keluar menuju pintu.

Melihat Arya Mayang berlari keluar kamarnya Zen Kagendra hanya tersenum dan menggeleng, ini benar – benar di luar anstipasinya, awalnya dia berpikir saat menggoda Arya Mayang, Arya Mayang akan menolak dan dia hanya harus meminta maaf.

Tapi semuanya tidak sesuai yang di harapkan, Arya Mayang tidak menolak dan dia terlalu jauh, setelah memikirkanya lagi dia hanay tersenyum dan menggeleng.

“Lupakanlah, aku harus berangkat besok pagi, aku akan menyiapkan beberapa hal”

Zen Kagendra mengambil sebuah peta dari gelang penyimpananya, peta itu adalah peta provinsi Besi dengan tambahan beberapa simbol pada peta.

Dia melihat peta provinsi Besi untuk menentukan alur perjalananya, dia tidak ingin perjalanan yang sia – sia jadi dia hanya menentukan rute dan tempat untuk berlatihnya.

Setelah melihat peta untuk beberapa saat, dia mengetahui bahwa perguruan Menggebrak Bumi dan ibu kota kekaisaran Kuswan yang memerintah provinsi besi berada pada wilayah tengah provinsi Besi.

Maka dari itu Zen Kagendra mengambil inisiatif untuk menuju gunung di sekitar wilayah ibu kota dan merupakan gunung terekstrim di daerah provinsi Besi dengan kondisi gunung yang masih aktif, nama gunung itu adalah gunung Kelud.

“Baiklah, besok aku akan mulai berangkat untuk gunung Kelud, malam ini aku hanya harus menikmati tidur di kasur yang empuk, tentang persediaan obat – obatan, gelang penyimpanan para tuan muda Dharma sudah punya cukup banyak obat - obatan untuk ku gunakan”

Waktu berlalu dengan cepat, hari sudah malam dan pada hari itu Zen Kagendra tidak keluar kamarnya sama sekali, dia hanya mempersiapkan baju – bajunya dan barang – barang pelengkap untuk perjalananya.



Pagi hari akhirnya tiba, terlihat beberapa orang berdiri di pintu gerbang kerajaan Zen, dan semua orang berfokus pada anak laki – laki di atas kuda hitam yang berpakaian merah berlengan panjang. Anak laki – laki itu adalah Zen Kagendra, dan orang lainya adalah anggota keluarga Zen, ada juga Arya Mayang dan Arya Prabu. Mereka semua ingin mengantar keberangkatan Zen Kagenra saat akan berpetualangan.

“Baiklah ayah dan kalian semua, aku akan berangkat, dan untuk para generasi muda kerajaan Zen, aku kira kita akan bertemu tiga tahun lagi pada tes masuk perguruan Menggebrak Bumi, aku menunggu hasil indah dari kalian”, Zen Kagendra mencoba untuk memberi semangat pada generasi muda kerajaan Zen

“Kagendra, apa kau tidak akan mengatakan padaku kemana tujuanmu berpetualangan?”, Zen Kuntara tanya dengan wajah penasaran, dia sudah bertanya beberapa kali kepada Zen Kagendra tapi tidak mentapat jawaban, dia akan berpisah untuk sementara dengan anaknya, tentu sebagai seorang ayah dia akan khawatir.

“Aku tidak akan mengatakanya ayah, baiklah semua orang selamat tinggal”

Setelah mengucapkan kalimat perpisahan, Zen Kagendra mulai memacu kudanya untuk menjauh dari kerumunan orang yang berkumpul di pintu gerbang kerajaan Zen.

“Tiga tahun, aku akan menjadi kuat dalam tiga tahun ini”, Zen Kagendra sangat optimis dan memandang ke depan. 
 
 
 
Share:

0 komentar:

Post a Comment