Friday, April 21, 2017

Defying World Chapter 14


Chapter 14

Terungkap


Suasa hening sejenak, pertanyaan Zen Kagendra menmbuat Zen Kuntara berhenti berkata – kata.

Melihat ayahnya yang sedang linglung Zen Kagendrang segera bersuara, “Ayah, apa yang terjadi?”

Mendengar suara Zen Kagendra, Zen Kuntara bangun dari linglungnya, dia segera menatap Zen Kagendra dengan ekspresi serius.

“Aku sebenarnya tidak ingin menyembunyikan ini darimu, tapi kau tidak pernah menanyakan hal tentang ibumu, apa yang membuatmu sekarang menanyakanya?”

Zen Kagendra hanya tersenyum lalu menjawab, “Tidak ada sesuatu yang khusus, hanya keingin tahuan seorang anak”

Melihat Zen Kagendra tersenyum, Zen Kuntara membusungkan dadanya sambil mengambil nafas panjang dan menatap kelangit.

“Baiklah, ini cerita yang luamayan indah, sedih dan panjang, semua berawal saat aku masih muda, waktu itu aku dan ibumu masing - masing berumur 15 tahun dan menjadi murid bagian dalam perguruan Menggebrak Bumi, kami bertemu secara kebetulan dan jatuh cinta”

Saat itu Zen Kagendra tiba – tiba memotong pembicaraan, “Jadi ayah dan ibu murid dalam perguruan Menggebrak Bumi”

Setelah Zen Kagendra berbicara, Zen Kuntara tersenyum lalu melanjutkan, “Benar, aku dan ibumu bukanlah generasi yang mencolok tapi kami tetap bukanlah golongan rendahan pada murid bagian dalam perguruan Menggebrak Bumi, setelah pertemuan secara kebetulan, setelah beberapa waktu akupun mengetahui bahwa nama ibumu adalah Arya Windrya...”, tapi tiba – tiba suara Zen Kagendra memotong cerita Zen Kuntara

“Arya? Maksud ayah, Ibu adalah saudara paman prabu?”, Zen Kagendra memotong cerita Zen Kuntara.

“Tunggu sampai menyelesaikan ceritaku”, Zen Kuntara terus melanjutkan kalimatya, “aku dan ibumu menjadi lebih dekat dan sering menyelesaikan misi bersama dan akhirnya kami saling jatuh cinta, ketika aku menginjak dewasa aku mulai memantapkan perasaanku pada ibumu dan aku memberanikan diri untuk menanyakan tentang keluarganya. Tapi hal yang kuanggap indah akhirnya mulai serius..”.

Zen Kuntara berhenti berbicara sejenak lalu melanjutkan, “Ketika ibumu menceritakan kebenaran tentang keluarganya, aku akhirnya mengetahui bahwa namanya yang sebenarnya ada Kuswan Windrya, dia adalah anak kedua dari Kuswan Djani, Kuswan Djani adalah kaisar kekaisaran kuswan yang menguasai provinsi besi, ibumu sengaja memalsukan namanya dengan nama keluarga Arya Prabu untuk membaur”.

Zen Kagendra akhirnya mengangguk mengerti, seorang putri dari kaisar akan sulit untuk berteman dengan siapapun karena berdasarkan statusnya, hanya orang – orang tertentu yang bisa menjadi temanya.

Zen Kuntara melihat ekspresi Zen Kagendra yang tidak berubah, Zen Kuntara tertegun sejenak dia berfikir ‘ekspresi anak ini tidak berubah? Bahkan saat aku mengetahuinya sendiri dari Windrya, aku sangat kaget dan linglung beberapa saat, tapi dia bahkan tidak merubah ekspresinya’ melihat ekspresi Zen Kagendra yang tidak berubah, Zen Kuntara melanjutkan ceritannya.

“Setelah itu aku langsung meminta ayahku, kakekmu, untuk datang secara pribadi ke kekaisaran Kuswan, meskipun agak sulit, tapi bukanlah hal yang mustahil untuk mendapatkan anak kaisar menjadi menantu ketika kau adalah seorang raja. Mendengar permintaan kakekmu, dan melihat bakatku yang tidak terlalu rendah, kaisar pun mengiyakan dan kamipun menikah. Awalnya aku berpikir bahwa aku sangat beruntung bahwa jalanku sangat mulus, tapi beberapa tahun kemudian saat kau berumur 2 tahun, saudara angkat ibumu Kuswan Khatmandu yang merupakan anak angkat Kaisar Kuswan Djani tiba – tiba ingin menikahi ibumu, meskipun Kuswan Khatmandu adalah anak angkat kaisar, tapi bakatnya adalah luar biasa, dia seumuran denganku tapi sekarang dia sudah pada Alam Guru tingkat 7, Kaisar Kuswan Djani memilih dia untuk menjadi pewaris tahta kaisar, pada dasarnya semua keluarga kekaisaran kuswan menyetujui usulan itu termasuk pamanmu Kuswan Bimo..”

Mengingat ini Zen Kuntara berhenti sejenak dan mengerutkan kening selanutnya dia menatap serius pada Zen Kagendra, “Kuswan Khatmandu akan menjadi kaisar berikutnya, tapi dia tetaplah orang luar, maka dari itu Kuswan Khatmandu mengusulkan bahwa Kuswan Windrya, ibumu, untuk meinggalkanku, pada masa mudanya Kuswan Khatmandu mempunyai beni – benih perasaan pada ibumu, tapi ibumu telah memilih aku, Zen Kuntara, tapi setelah mendengar usulan Kuswan Khatmandu, keluarga kekaisaran memerintahkan untuk Kuswan Windrya, untuk meninggalkanku”, menceritakan kejadian itu Zen Kuntara tersenyum pahit.

Zen Kundara mengerutkan kening, dan bertanya, “Apa akhirnya ibu setuju?”

“Tentu saja ibumu menolak, bahkan kakekmu raja kerajaan Zen Kantata mengirim sekelompok ahli dan tentara untuk mencoba melakukan perlawan pada kekaisaran tapi mereka kalah dan terbunuh”, ekspresi Zen Kuntara berbubah penuh dendam saat menceritakan tentang kematian ayahnya.

“Setelah kematian ayahmu, ibumu mengancam bunuh diri, tapi apa kau pikir Kuswan Khatmandu akan menyerah? Dia mengancam, jika ibumu menolak atau bahkan bunuh diri, maka kerajaan Zen dan seluruh keturunan Zen termasuk anaknya, dirimu, Zen Kagendra, akan di musnahkan. Setelah mendengar ancaman Kuswan Khatmandu, ibumu mendapat jalan buntu, akhirnya dia setuju dengan usulan Kuswan Khatmandu”, saat berbicara mata Zen Kuntara memerah, dia tidak bisa menyembunyikan emosinya di depan Zen Kagendra.

Zen Kagendra melihat perubahan ekspresi Zen Kuntara, tapi ekspresi Zen Kagendra bahkan tidak berubah, dia mengamati situasi emosi Zen Kuntara sejenak, dan bertanya, “Apa Ibu akhirnya menikah dengan Kuswan Khatmandu? Melihat ada orang lain mengejarnya saat dia sudah menikah bahkan telah memiliki anak, apakah Ibu benar – benar sangat cantik?”.

Setelah Zen Kagendra menyuarakan pertanyaanya, Zen Kuntara menoleh ke arahnya, “Hahahhaha meskipun ibumu setuju tapi dia terpaksa, pada akhirnya kekaisaran Kuswan menjatuhi dia hukuman penjara selamanya dan tentang kecantikanya, ahahahah jangan menggoda ayah, selera ayah sangat tinggi, aku bisa pastikan kecantikan ibumu tingkat atas di pulau Andalas, dia bagai dewi dalam cerita legenda bahkan setelah menikah beberapa tahun dia terlihat tidak menua, meskipun kita tidak bertemu beberapa tahun aku yakin wajahnya masih tetap sama.”

Mendengar jawaban ayahnya dengan tertawa, Zen Kagendra tersenyum dan mengangguk, dari jawaban ayahnya sepertinya ibunya bagai dewi, pantas saja dia menjadi rebutan walau sudah menikah.

Zen Kagendra masih menatap ayahnya dan bertanya lagi, “Lalu dimana penjara ibu? Dan bagaimana kondisinya sekarang?”

“Yakinlah, meski aku tidak tau dimana penjara ibumu, dia pasti baik – baik saja. Setiap bulan aku memberi 20 keping emas untuk informan ku yang ada di ibu kota wilayah kekaisaran kuswan, setiap bulan dia selalu bilang bahwa ibumu masih adalam penjara tersembunyi dan kondisinya baik – baik aja.” Zen Kuntara menjawab Zen Kagendra dengan tersenyum.

Zen Kagendra mendengar kabar baik, dan menghembuskan nafas lega. Cerita itu lumayan sulit untuk dijalani bagi orang biasa, jalan yang harus di lalui adalah jalan penuh duri, tapi ayahnya masih bertahan pada jalan penuh duir itu, dari ekspresi ayahnya saat bercerita, Zen Kagendra melihat tekat ayahnya, dia ingin menyelamatkan ibunya tapi dai belum mampu.

Zan Kagendra tersenyum dan berbicara pada ayahnya, “Bailah, untuk sementara kita biarkan saja situasinya begini, tapi itu tidak akan lama”

Mendengar anaknya berbicara, Zen Kuntara kaget, “Tidak akan lama? Apa maksudmu?

“Hahahah untuk sementara abaikan topik ini, aku akan mengembara lusa, jadi tolong panggilan Zen Ananta, Zen Anjani dan Arya Mayang untuk menemuiku besok pagi”, Zen Kagendra diam sejenak lalu melanjutkan,”Ayah aku akan latian tertutup sampai besok pagi jadi ayah tidak perlu memanggilku untuk makan malam, baiklah aku kembali dulu”

“Baiklah”, Zen Kuntara tersenyum menanggapi anaknya

Setelah berpamitan Zen Kagendra berjalan menuju halaman kediamanya, dia memasuki kamarnya dan mulai mengoperasikan Naga Api Emas untuk menarik semua energi alam ke tubuhnya. 

Share:

0 komentar:

Post a Comment