Monday, April 17, 2017

Defying World Chapter 11

Chapter 11

Memenggal musuh


Dharma Abiyoga, Wi Gupi, dah Dharma Abyaz menatap kepala Dharma Abhimata tertegun, pisau benar – benar menancap di kepalanya.

“Kuraang ajar kau... bangsat”, Wi Gupi bereaksi pertama untuk menyerang Zen Kagendra, dia menyerang dengan pisau panjang dan mengarahkanya ke dada Zen Kagendra.

Tapi setelah melihat Wi Gupi bergerak menyerangnya menggunakan pisaunya, dia langsung segera mengeluarkan pedang dari gelang penyimpananya.

“Ding”, Zen Kagendra menangkis serangan pisau Wi Gupi menggunakan pedang di tangan kananya.

Setelah seranganya di tangkis, Wi Gupi yang masih melayang di udara hendak menggunakan gaya rebound dari tangkisan serangan Zen Kagendra untuk mundur, tapi sebelum Wi Gupi mempunyai kesempatan untuk mundur, tubuh Zen Kagendra miring ke belakang seakan mengambil posisi akan jatuh, tapi dia tidak jatuh, dia mengangkat kaki kirinya dan menendang dada Wi Gupi.

“Buk”

“Aahhh...” Wi Gupi terbang oleh serangan tendangan Zen Kagendra ke arah kanan dan menabrak pohon besar, pohon itu langsung berguncang seakan akan roboh.

“Tidak, seorang Alam Praju-“

Sebelum Wi Gupi menyelesaikan kalimatnya, dua pisau sudah menembus kepalanya, sesaat setelah menendang Wi Gupi, Zen Kagendra memutar tubuhnya di udara tapi pada saat itu, dia melemparkan dua pisau dengan tangan kirinya ke arah Wi Gupi dan menembus kepalanya.

Setelah melihat Wi Gupi mati, Zen Kagendra sedikit berpikir,’Alam Prajurit tingkat benar-benar berbeda, sebelumnya saat aku di Alam Dasar setiap tingkat hanya menambah kekuatan serangan 100 Kg, tapi sekarang aku sudah di Alam Prajurit tingkat 1 seranganku sudah mempunyai kekuatan 2 Ton, ini akan cukup bagus’

Ketika Zen Kagendra berpikir, dia merasakan ada serangan pisau panjang mengarah ke aranya.

“Ding”

Zen Kagendra menangkis dengan pedangnya dan mundur beberapa langkah.

“Zen Kagendra, kau bajingan beraninya kau membunuh dua orang sepupuku, akan ku penggal kepalamu dan memajangnya di gerbang kerajaan Dharama selama 1 bulan sebagai hukumanmu, Abyaz bantu mencegatnya jangan biarkan mereka lari”, Dharma Abiyoga benar – benar meraung marah.

Tapi wajah Zen Kagendra masih tenang, ketika dia menangkis serangan Dharma Abiyoga, dia melihat bahwa Dharma Abiyoga berada pada Alam Prajurit tingkat 5 dan tentang Dharma Abyaz, Zen Kagendra menduga bahwa tingkat kultivasinya pada Alam Prajurit tingkat 3 atau 4.

Mendengar instruksi Dharma Abiyoga, Dharma Abyas mulai bergerak maju mengincar sisi belakang Arya Mayang, setelah melihat dua saudaranya terbunuh dan mendengar instruksi Dharma Abiyoga, dia tidak akan membiarkan Arya Mayang dan Zen Kagendra untuk kabur dari situasi ini.

Melihat Dharma Abyas berlari menuju Arya Mayang, Zen Kagendra dengan cepat bergerak maju ke depan Dharma Abiyoga, dia meluncurkan serangan menebas ke arah dada Dharma Abiyoga dengan cepat.

“Ding”

“Diing”

Dua suara tabrakan pisau panjang dan pedang menggema di sekeliling tempat itu.

Dharma Abiyoga bergerak dua langkah mundur, Zen Kagendra juga melangkah mundur tapi setelah satu langkah mundur dia kembali melompat dan menyerang kembali ke arah dada Dharma Abiyoga.

“Ding”

“Ding”

Gerakan pisau Zen Kagendra sangat cepat, pisauna meluncur dengan dua serangan dari atas dan bawah, setelah menangkis serangan lagi, Dharma Abiyoga kembali mundur dua langkah, dia benar – benar terkejut dengan keterampilan tempur pedang bebas milik Zen Kagendra.

Berfikir ini, Dharma Abiyoga sedikit ngeri dan memikirkan serangan Zen Kagendra, serangan Zen Kagendran seakan tidak memiliki ritme, seranganya terus datang untuk menyerang kelemahan dan titik vital miliknya.

“Saudara Abyas, cepat bantu aku, lupakan perempuan itu, setelah kita mengalahkan yang pria kita akan mengurus yang perempuan”, Dharma Abiyoga memanggil Dharma Abyas dengan nada sedikit panik.

“Ya”, Dharma Abyas menjawab dan memperlambat kecepatan.

Dharma Abyas hanya beberapa langkah akan tiba mendekati Arya Mayang, tapi setelah mendengar panggilan Dharma Abiyoga, dia langsung memutar tubuhnya dan berbalik menuju Zen Kagendra.

Tapi saat dia akan berakselerasi setelah memutar tubuhnya, dia melihat tiga pisau menuju ke arah kepalanya, pisau itu adalah pisau yang sama yang telah membunuh Wi Gupi dan Dharma Abhimata.

“Shuuoh”

“Shuooh”

“Shuooh”

Melihat tiga pisau yang mendekat ke arah kepalanya Dharma Abyas langsung mengalirkan energi ke kaki kananya untuk mengubah sudut dan melompat menghindari pisau dalam sekejap.

Ketika Dharma Abyas sedikit menghirup napas lega karena menghindari pisau, sesuatu yang mengagetkan terjadi di depanya.

“Ding”

“Ding”

Pisau yang sebelumnya dia hindari, saling bertabrakan dan mengubah arah, sekarang hanya ada dua pisau yang mengarah ke arahnya, kedua pisau itu dengan cepat mengarah langsung ke tenggorokanya.

Dharma Abyas sudah tidak mempunyai waktu untuk menghindar karena dia sekarang masih melayang, dia segera menngambil pisau pendek dari gelang penyimpananya dan berusaha menangkis.

“Ding”

Suara besi bertabrakan menggema di sekeliling Dharma Abyas, dia berhasil menangkis satu pisau, tapi satu pisau lainya segera menembus tenggorokanya.

“Puuuff..”

Suara Pisau menembus daging sekali lagi terdengar, kali ini adalah sebuah pisau yang menembus tenggorokan Dharma Abyas, setelah tenggorokanya tertembus pisau, tubuh Dharma Abyas langsung runtuh jatuh ke tanah.

“Tidak, Abyas..”

Sekali lagi adegan saudaranya terbunuh di depan matanya, mata Dharma Abiyoga langsung merah, dia memalingkan wahanya ke arah Zen Kagendra yang sedang melompat ke arahnya sambil menebaskan pedang panjangnya.

Dharma Abiyoga langsung mencoba menghindari pedang Zen Kagendra, tapi dia sedikit terlambat.

“Aahhhh....”

Suara teriakan Dharma Abiyoga saat pundaknya tersayat pedang Zen Kagendra.

“Kau.. Kurang Ajar.. Mati..”

Sesaat setelah pundaknya tersayat pedang, dia mundur beberapa langkah sambil melemparkan tiga buah benda bulat seukuran setengah kepalan tangan orang dewasa.

Melihat ini Zen Kagendra langsung tau bahwa tiga benda itu adalah bom peledak, Zen Kagendra langsung melompat mundur sambil melemparkan tiga buah pisa ke arah tiga bom.

“Shouuuh”

“Shouuuh”

“Shouuuh”

Tiga bom itu tertembus pisau dan terdorong kembali ke arah Dharma Abiyoga, tapi ketika pisau menembus tiga bom, dua bom lainya di non aktifkan oleh dua pisau, dan hanya tinggal satu bom yang berfungsi meski sudah tertembus pisau.

“Boooooomm”

Suara ledakan besar terdengar saat bom menabrak tubuh Dharma Abiyoga, di ikuti dengan kepulan asab hitam menelan tubuh Dharma Abiyoga.

Melihat asap ini Zen Kagendra dengan serius mengamati asap, setelah beberapa saat dia melihat seorang merangkak keluar dari kepulan asap, orang itu adalah Dharma Abiyoga.

Setelah terkena ledakan bom tubuh Dharma Abiyoga terkoyak dan beberapa bagian terbakar parah, bahkan ada sebagian luka yang memperlihatkan dagingnya yang terbakar.

Setelah merangkak beberapa saat keluar dari ledakan bom, Dharma Abiyoga sangat marah dia kembali berteriak, “Zen Kagendra Bangs-“, tapi sebelum menyelesaikan kalimatnya dia melihat Zen Kagendra menebaskan pedang panjang ke arah lehernya.

“Puuufff.. buk.. bukk”

Suara pedang menebas leher dan di ikuti suara kepala menggelinding jatuh di tanah terdengar ke telinga Arya Mayang.

Arya Mayang benar – benar shock dan kaget, dia tidak bisa berkata – kata tentang apa yang di lihatnya. 
Share:

0 komentar:

Post a Comment