Monday, April 17, 2017

Defying World Chapter 10

Chapter 10

Bukankah aku tinggal membunuh kalian?


Ketika Zen Kagendra membuka matanya dia melihat bahwa Arya Mayang sudah berhenti bermeditasi dan sedang menatapnya dengan serius

“Kau benar – benar menembus Alam Prajurit tingkat 1?”, tanya Arya Mayang denganpenasaran

“Enm, aku beruntung”, Zen Kagendra mengangguk dan tersenyum menjawab

Mendengar jawaban Zen Kagendra, Arya Mayang tertegun menatapnya, berumur 7 tahun dan seorang pendekar Alam Prajurit tingkat 1, bakat macam apa yang Zen Kagendra miliki?

Setelah beberapa saat Arya Mayang bangun dari lamunanya, “Saudara Zen Kagendra, apa kau punya rencana masuk perguruan Menggebrak Bumi?”

“Aku memang punya rencana untuk mendaftar perguruan Menggebrak Bumi, tapi tidak perlu terlalu cepat aku masih punya beberapa tahun lagi”, Zen Kagendra menjawabnya biasa, dia memang punya rencana untuk mendaftar perguruan Menggebrak Bumi, tapi dia tidak perlu terburu – buru karena dia masih punya waktu 2 tahun lagi.

Mendengar jawaban Zen Kagendra, Arya Mayang lebih antusias dan bertanya, “Beberapa tahun lagi? Apa kau ingin mendaftar langsung menjadi murid dalam? Dengan kompetensimu dan aku sepertinya itu tidak terlalu masalah”

“Mendaftar langsung murid dalam?”, Zen Kagendra bingung

Melihat tanggapan Zen Kagendra Arya Mayang juga menjadi bingung, “Apa kau tidak tau tentang pendaftaran murid dalam?”

Zen Kagendra menggeleng dan tersenyum, “Aku tidak tau tentang itu, bisa tolong kau jelaskan padaku?”

Arya Mayang tersenyum dan menjawab “Baiklah ternyata kau memang gila latihan dan kurang informasi, perguruan Menggebrak Bumi di bagi menjadi 3 bagian, murid luar, murid dalam, murid inti. Mari aku jelaskan, yang pertama adalah murid luar, murid luar mendapat sumberdaya yang paling sedikit dan tugas mereka selain berlatih adalah membantu mengurus sekolah seperti menyapu, mengepel, memotong rumput selain itu mereka juga harus mendapat misi berburu binatang setan untuk keperluan sekolah. Selanjutnya yang kedua adalah murid dalam tugas mereka selain berlatih adalah membantu misi – misi yang di dapat perguruan, seperti menumpas perampok, bandit, bahkan ada beberapa misi ekstra mengawal orang kerajaan. Selanjutnya dan yang terakhir adalah murid inti, jumlah murid inti sangat lah sedikit tugas utama mereka hanyalah berlatih, tapi mereka juga mengambil misi untuk di tukar sumberdaya, biasanya mereka mengambil misi untuk orang kekaisaran Kuswan bahkan menjadi elit di antara para elit.”

Zen Kagendra berpikir sejenak lalu membuka mulutnya, “Ada kekaisaran di benua ini?”

Arya Mayang kaget, di depanya adalah seorang tuan muda Kerajaan Zen, dia bahkan tidak tau menau tentang kekaisaran, “Kau seorang tuan muda kerajaan, dan kau tidak tau bila kita berada di wilayah kekaisaran Kuswan?”

“Aku membaca beberapa buku tentang benua, tapi aku tidak tau bila ada kekaisaran”, Zen Kagendra menjawab dengan bingung.

“Haaah? Kekaisaran Kuswan berdiri 30 tahun yang lalu, mereka sebelumnya merupakan kerajaan terkuat di provinsi besi dan akhirnya berdiri sendiri menjadi kekaisaran”, Arya Mayang menjawab untuk membantu mencerahkan Zen Kagendra.

“Baiklah lalu itu bisa diterima, lalu bagaimana dengan persyatan masuk untuk menjadi murid perguruan Menggeberak Bumi?”, tanya Zen Kagendra yang segera menstabilkan ekspresi wajahnya.

“Untuk mendaftar murid luar persyaratanya adalah calon murid harus setidaknya berada pada Alam Dasar tingkat 6 sebelum berusia 10 tahun, persyaratan murid dalam adalah calon murid harus setidaknya berada pada Alam Prajurit tingkat 1 sebelum berusia 18 tahun, dan untuk menjadi murid inti, calon murid hanyalah murid dalam yang memenuh kualifikasi petinggi peruguruan”, Arya Mayang menjelaskan dengan wajah serius.

Zen Kagendra berfikir sejenak, “baiklah terima kasih informasinya, sepertinya aku akan berencana masuk murid dalam pada umur 10 tahun”

Arya Mayang tersenyum senang, “Baiklah sepertinya itu 3 tahun lagi aku juga akan mendaftar murid dalam bersamamu”

Zen Kagendra mengubah dari posisi duduk menjadi posisi berbaring, “Baiklah, sudah larut mari kita tidur”

“Terlalu berbahaya di alam luar, apa kau tidak ingin mendekat agar aku bisa menjagamu?”, tanya Zen Kagendra

“Enm”, Arya Mayang mengangguk wajahnya merah, dia bangun dan mendekati Zen Kagendra, dia membaringkan tubuhnya bersebelahan dengan posisi tidur Zen Kagendra dan mulai memejamkan mata.

Zen Kagendra menggeleng dan tersenyum, dia benar – benar tidak mempunyai maksud untuk menggoda Arya Mayang, dia benar – benar ingin menjaganya dari binatang setan yang berburu malam hari.

Setelah beberapa saat dia melihat Arya Mayang memejamkan matanya, Zen Kagendra pun mulai memejamkan matanya dan tidur.



Malam pun lewat, di luar gunung ada Arya Prabu dan Zen Kuntara menunggu Arya Mayang dan Zen Kagendra, mereka menunggu dengan beberapa pengawal Alam Prajurit di sekitar mereka.

“Saudara Zen, menurut perkiraan hari ini mereka harus keluar, apa kau tidak khawatir?”, tanya Arya Prabu menoleh Zen Kuntara

Zen Kuntara memalingkan wajahnya dari menatap gunung ke arah Arya Prabu, “Saudara Arya tenanglah, ini masih pagi hari bukan hal yang aneh bila mereka telat beberapa jam, mungkin saja mereka tidak terlalu terburu – buru saat berjalan, mari kita tunggu saja”

“Baiklah”, Arya Prabu mengangguk dan menatap gunung Penanggungan, dia benar – benar menunggu anaknya dan Zen Kagendra untuk turun gunung dengan selamat



Sementara itu di lokasi Zen Kagendra dan Arya Mayang, mereka sudah bangun dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan turu gunung.

“Saudara Arya Mayang, apa kau sudah siap?”, tanya Zen Kagendra sambil mengamati daerah sekitar.

“Enm, mari kita menuruni gunung”, Arya Mayang mengangguk dan mulai melangkah menuruni gunung.

Tidak ada hal yang spesial terjadi pada mereka setelah beberapa ratus meter melangkah menuruni gunung menjauh dari gua, tapi setelah itu ada suara di gemerisik datang dari samping mereka.

Zen Kagendra yang mendengar suara dan merasakan beberapa orang langsung menarik lengan Arya Mayang beberapa langkah ke samping.

Setelah beberapa saat ada empat sosok manusia yang berhenti di depan mereka, Arya Mayang dan Zen Kagendra mengenali salah seorang diantaranya, salah seorang itu adalah Wi Gupi, dia yang dikalahkan hanya dengan satu tamparan oleh Zen Kagendra

“Heheheh Zen Kagendra, akhirnya kami menemukanmu, sekarang aku bisa menamparmu ratusan kali”, tawa Wi Gupi dengan jahat.

Seorang pemuda berumur sekitar 16 tahun menoleh ke arah Wi Gupi sebentar, lalu dia memalingkan wajahnya kembali ke arah Zen Kagendra.

“Jadi kau Zen Kagendra, aku tidak akan banyak bicara, serahkan buah apel beserta semua barang kalian lalu biarkan Wi Gupi menamparmu sampai puas, aku akan membiarkanmu hidup”, kata seorang pemuda diantara mereka.

“Tunggu Saudara Dharma Abiyoga, bukankah itu belum terlalu jahat? Aku tipe orang yang jahat kepada lawan”, kata seorang pemuda kurus pada kelompok itu

Seorang pemuda yang agak gendut tersenyum, “Apa yang dikatakan saudara Abyaz itu benar, kita keluarga Dharma harus mendominasi, kita perlu mematahkan kedua lenganya dan liatlah seorang wanita cantik di depan, dia terliat sangat cantik dan lembut, meski bukit kembarnya belum tumbuh, aku Dharma Abhimata akan berbaik hati menyenangkanmu dan meremas kedua bukit kembarmu agar membesar, aku akan meremasnya dan menggigit mereka dengan lembut, semua wanita di wisma pelacuran yang aku remas dan ku gigit beberapa bulan kemudia bukit kelinci kembarnya membesar, bukan kah kau akan sangat senang? Ini gratis dan-” sebelum Dharma Abhimata menyelesaikan kalimatnya ada pisau tajam yang mengarah ke aranya.

“Puuff”, pisau panjang 30 cm itu langsung menembus kepalanya

Zen Kagendra dengan wajah acuh, “dia terlalu banyak omong, kemarilah, bukankah aku tinggal membunuh kalian?” 
Share:

0 komentar:

Post a Comment